Blak-blakan Kapolres Depok soal Misteri 9 Tahun Tewasnya Akseyna Mahasiswa UI: Kendalanya Begini...

Kapolres Depok janji usut kematian Akseyna mahasiswa UI
Sumber :
  • Instagram @peduliakseyna

Siap – Setelah 9 tahun berlalu, polisi akhirnya kembali buka suara terkait misteri tewasnya mahasiswa UI, Akseyna Ahad Dori. Lantas seperti apa perkembangan kasus tersebut?

Polisi Bongkar Sindikat Tembakau Sintetis di Depok, Efeknya Lebih Ngeri dari Ganja

Kapolres Metro Depok, Kombes Arya Perdana mengatakan, bahwa belum lama ini pihaknya telah melaksanakan audiensi dengan sejumlah pihak terkait, termasuk di dalamnya ada perwakilan UI dan juga keluarga korban. 

"Nah dalam pertemuan itu kami sampaikan, pertama kejadian ini sudah memakan waktu kurang lebih 9 tahun. Tentu kita tidak melakukan penyidikan dari awal,  kita tinggal melanjutkan," katanya dikutip pada Kamis, 6 Juni 2024.  

9 Tahun Berlalu, Polisi Periksa 38 Saksi di Balik Tewasnya Akseyna Mahasiswa UI

Hanya saja, Kombes Arya mengakui, dalam prosesnya penyidikan yang dilakukan awal tidak sempurna, itulah sebabnya masih belum terungkap. 

"Maka kita berupaya menyempurnakan dengan mengoreksi penyelidikan yang terdahulu dengan keadaan sekarang," ujarnya.

Polisi Kejar 3 DPO Kasus Vina Cirebon, Gimana dengan Akseyna UI?

Terkait hal itu, polisi pun akan melilbatkan ahli-ahli dari Universitas Indonesia atau UI. 

"Itu untuk menambah masukan bagi kita dalam rangka mengungkap kasus almarhum Akseyna ini," jelasnya.  

Selain itu, kata Arya, pihak keluarga juga sempat mempertanyakan sejumlah hal, salah satunya soal pemeriksaan ulang para saksi. 

"Ya itu mungkin saja terjadi untuk memperkaya pengetahuan dari penyidikan ini, sehingga kita bisa menarik satu konklusi dalam melanjutkan penyidikan ini ke tahap berikutnya."

Kapolres Metro Depok, Kombes Arya Perdana soal Akseyna UI

Photo :
  • siap.viva.co.id

Lantas apakah penyidik telah menemukan saksi dan bukti baru dalam kasus itu? 

"Sampai saat ini kalau bilang saksi atau bukti baru saya belum bisa berbicara itu, tapi kita berupaya untuk memanfaatkan alat bukti yang ada saat ini," kata Arya.

Adapun upaya penyelidikan tersebut di antaranya membedah kembali dokumen atau keterangan dan alat bukti yang sebelumnya sudah dikumpulkan oleh penyidik.

"Ya kita baca ulang satu-satu, kita telisik satu-satu, mulai dari hasil otopsi, keterangan saksi, hasil pengurusan dari labfor yang merekomendasi tanda tangan. Itu akan kita gabungkan semuanya dan kita usahakan untuk di review ulang," bebernya. 

Penyebab Kasus Lama Terungkap

Lebih lanjut Kombes Arya mengakui, ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus Akseyna ini berjalan cukup alot. 

"Ya kendalanya begini, karena memang penemuan korban yang pertama itu kan kita tidak langsung mengenali korbannya siapa. Jadi kalau saya baca dari berita acara, sudah ditemukan, setelah itu kita tidak tahu itu identitasnya siapa, itu di awal," katanya.

Pada saat itu, penyidik butuh waktu 4 hingga 5 hari, setelah jasad Akseyna ditemukan di Danau Kenanga UI pada Kamis, 26 Maret 2015. 

"Setelah orang tua korban datang baru terungkap identitasnya, identik dengan barang-barang yang pernah diberikan dan dimiliki oleh korban," jelasnya.  

"Sehingga 5 hari dari penemuan jenazah itulah yang membuat kita terhambat melakukan penyelidikan di awal," sambungnya.

Kemudian, dari keterangan atau petunjuk itulah, polisi mulai melakukan otopsi pada jasad Akseyna. 

"Nah ketika melakukan pencarian lagi ke TKP, ke rumah kost korban, dalam waktu 5 hari tentu sudah banyak yang terjadi, dan sudah banyak yang berubah. Itu di tahun 2015 ya, pada saat itu. Bahkan kasus ini sempat ditarik ke polda lalu dikembalikan lg ke polres," tuturnya.  

"Dan sekarang dengan kondisi yang seperti ini kita berupaya secara maksimal untuk menemukan yang 5 hari miss itu, kira-kira yang mis itu apa," sambungnya.  

Menurutnya, tidak mudah untuk kembali ke 2015 dan mencari 5 hari yang hilang itu. "Sebab apa-apa saja sudah berubah," kata Arya. 

Ketika disinggung apakah akan ada olah TKP lanjutan? Menurut Arya sepertinya belum, karena sudah pasti kondisinya berubah. 

"Karena gini, kita misalkan ke danau, danau itu juga sudah banyak yang berubah. Kita ke kosan-nya juga sudah banyak yang berubah, tanda-tanda itu mungkin saja sudah tidak ada, tapi nanti akan kita pertimbangkan untuk kembali datang ke sana." 

Tak hanya itu saja, hal lain yang juga membuat kasus ini semakin berat adalah minimnya petunjuk atau bukti di lokasi kejadian.

"Nah ada masalah juga dari CCTV, itu kan tidak ditemukan ya, jadi ini juga cukup membuat kita harus bekerja keras menemukan bukti-bukti yang ada di lapangan," ucapnya. 

Ikhtiar Polisi

Namun yang jelas, kata Arya, pihaknya berharap kasus ini dapat terungkap.

"Target deadline secepatnya. Kalau bisa kita ungkap kasus ini akan lebih baik," tegasnya. 

Karena menurutnya, setiap pimpinan di polres ini tujuannya adalah membuat situasi dapat menjadi lebih baik. 

"Enggak pernah kita berniat untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Tujuannya adalah membuat Depok menjadi lebih baik, termasuk mengungkap kejahatan-kejahatan yang belum terungkap," katanya.

"Tapi kalau memang ternyata belum, atau mungkin masih dalam usaha, ya tentu itu menjadi ikhtiar kita bersama, dan jangan dikira kita tidak berbuat," ujarnya lagi.  

Bahkan menurut Arya, setiap minggu pihaknya selalu menggelar rapat mengenai kasus Akseyna ini. 

"Saya selalu tanya ke penyidik, apakah ada bukti baru? Saksi baru atau apa? Kita gelar perkara hampir setiap bulan satu kali, tapi setiap minggu itu saya tanyakan ada perkembangan apa enggak."

Membidik Saksi Kunci

Sampai dengan saat ini, kata Arya, penyidik telah memeriksa sebanyak 38 orang saksi. 

"Jadi 38 saksi ini kalau saya baca yang menjadi kunci tidak sampai 30. Ini nanti kita gabungkan, rangkaian. Nanti akan kita pertimbangkan untuk pemanggilan saksi ulang, setelah data lengkap," janjinya.

Sebagaimana diketahui, Akseyna Ahad Dori ditemukan tewas di Danau Kenanga, Kampus UI, Depok, Jawa Barat pada Kamis pagi, 26 Maret 2015, silam.

Saat itu, jasad pemuda yang akrab disapa Ace ini terlihat mengenakan pakaian lengkap, tas gemblok, dan sepatu.

Dari hasil olah TKP, polisi menemukan sejumlah barang bukti. Di antaranya, tumpukan batu di dalam tas Ace, dan adanya secarik kertas yang diduga ditulis oleh dua karakter berbeda.

Surat itu didapati penyidik di dalam kamar kos Ace, di kawasan Beji, Depok.

Nah, hingga berita ini diturunkan, polisi belum juga berhasil mengungkap siapa pelaku pembunuhan sadis yang menewaskan mahasiswa MIPA UI tersebut.