Dukung Langkah Kementan Dongkrak Kesejahteraan Petani, Pengamat Singgung Alih Fungsi Lahan

Ilustrasi petani. Kementan taruh perhatian khusus
Sumber :
  • kampoengngawi.com

Siap – Kementerian Pertanian atau Kementan, terus mendorong pembangunan sarana dan prasarana pertanian di seluruh Indonesia.

Jelang Hari Raya Idul Adha 2024, Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Sidak Penjual Hewan Kurban

Selain berupa fisik, dukungan sarana non fisik juga terus dilakukan Kementan untuk membantu petani Indonesia.

Hal ini ditujukan untuk mendongkrak produksi dan produktivitas pertanian, sekaligus meningkatkan kesejahteraan kaum petani.

Terungkap! SYL dan Keluarga Sekali Makan Siang Rp10 Juta, Termasuk Wine: Yang Bayar Kementan

Langkah Kementan tersebut ditanggapi positif oleh pengamat pertanian, Khudori.

Menurutnya, infrastruktur pertanian adalah ujung tombak agar budidaya pertanian bisa maksimal. Sebab, kalau infrastruktur itu tidak memadai, maka kegiatan budidaya pertanian bisa gagal.

Modus SYL Manjain Biduan Nayunda, Bermula dari Kirim Stiker WA, Lanjut Apartemen hingga...

"Contohnya infrastruktur yang menjamin ketersediaan air, seperti irigasi, embung, atau waduk. Kalau infrastruktur itu tidak ada, maka proses budidaya tidak bisa dilakukan. Karena semua tanaman perlu air," kata Khudori dikutip pada Sabtu, 11 November 2023.

Oleh karena itu, dia memandang pemerintah harus benar-benar memperhatikan persoalan ini. Supaya target peningkatan produksi pertanian itu bisa tercapai.

Khudori lantas menyarankan kepada pemerintah, agar dapat memperkuat sinkronisasi pembangunan infrastruktur antar kementerian, atau stakeholder terkait.

Sebab, menurutnya ada permasalahan serius terkait ini, dimana kadang tidak ada kesinambungan antara pembangunan yang dilakukan oleh pusat dengan daerah.

Misalnya, kata Khudori, jaringan irigasi primer dan sekunder yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat sudah dibangun, tapi jaringan irigasi tersier yang menjadi tanggung jawab daerah belum dibangun.

"Itu yang membuat air dari embung atau waduk tidak optimal sampai ke sawah petani," tuturnya.

Selain soal infrastruktur fisik, menurut Khudori, sarana pertanian non fisik juga sangat penting untuk diperhatikan, seperti pupuk subsidi.

Ia mengatakan, meski jumlah pupuk subsidi itu terbatas dan tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan petani.

Di sisi lain, Khudori mengapresiasi adanya aplikasi Integrasi Pupuk Bersubsidi (iPubers) yang dibuat Kementan, yaitu dengan mengintegrasikan data berbasis petani dan data dari pupuk Indonesia yang basisnya penyalur.

"Setahu saya ini (ipubers) sudah dicoba di delapan provinsi dan hasilnya bagus. Mudah-mudahan ini terus dijaga, dan bisa diperluas. Nanti ujungnya bisa mengubah sistem subsidi dari bentuk barang ke (subsidi) langsung petani," jelasnya.

Berikutnya, menurut dia yang tak kalah penting adalah sarana pertanian berupa modal kerja.

Sebab, banyak petani yang masih mengandalkan modal pribadi yang kecil dan tidak sanggup lagi menanam bila kehabisan modal.

"Makanya modal usaha dengan syarat mudah dan bunga rendah dari pemerintah itu sangat penting sekali," ucapnya.

Dari segi ini, Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian menurutnya sudah cukup memadai untuk membantu petani.

Namun dia menyoroti adanya masalah teknis yang menjadi kendala di lapangan, terutama terkait agunan yang disyaratkan oleh bank penyalur.

"Meski pemerintah sudah memastikan tak perlu agunan, tapi bank-bank penyalur dalam pelaksanaannya masih mensyaratkan agunan itu. Petani seringkali terkendala di sini. Kayaknya perlu cari solusi bersama untuk ini," jelasnya.

Lebih lanjut Khudori menyarankan, pemerintah untuk menambah lahan pertanian. Sebab selama lima tahun terakhir ini, lahan pertanian kita terus menyusut yang berdampak pada menurunnya produksi pertanian. Tapi kebutuhan pangan terus naik.

"Lahan sawah kita itu hanya 7,4 juta hektare. Belum lagi ada alih fungsi. Karena itu, mau tidak mau selain meningkatkan produktivitas, pemerintah juga harus menambah lahan pertaniannya," pungkasnya.