Lagi, Faizal Assegaf Bongkar Tabir Sandiwara Jokowi, Megawati dan PDIP, Komplotan Bersekutu?
- Istimewa
Siap –Lagi, setelah cuitannya di media sosial viral lantaran mengulas soal sandiwara Jokowi, Megawati dan PDIP yang bersenyawa, Faizal Assegaf kembali menyuarakan hal tersebut di acara ILC tvOne belum lama ini.
Dalam acara tersebut, Faizal Assegaf kembali mengungkap bahwa dirinya ingin mengkonfirmasi soal sandiwara Ibu Mega dengan Jokowi.
"Ini saya ngomong, sampai hari ini Jokowi masih kader partai PDIP sampai Ganjar Pranowo masih meminta agar Jokowi dipecat," kata Faizal Assegaf seperti dikutip YouTube tvOne acara ILC.
Jadi kata Faizal, darimana mereka bisa mengatakan ada perbedaan yang substansi antara Jokowi dan Ibu Megawati.
"Ibu Megawati adalah Jokowi dan juga sebaliknya yang diikat oleh nawa dosa hipokrasi politik, mereka ini saling menikmati dan berbagi kekuasaan dan hanya ribut saat penentuan Pilpres atau Pilkada, " kata Faizal.
"Tapi mereka tidak pernah ribut soal beban hutang negara, IKN yang diprotes, gejala kekacauan ekonomi dan sosial, bahkan menyangkut beban pendidikan yang dirasakan oleh rakyat," sambungnya.
Lebih lanjut Faizal mengatakan, keributan Ibu Megawati dam Jokowi hanya soal agenda Pilkada atau Pilpres, jadi ini harus diluruskan kepada seluruh rakyat.
"Jokowi saat ini tampak bobrok dan dianggap gagal karena dia adalah produk yang diperjuangkan sungguh sungguh oleh Megawati dan PDIP, jadi tidak ada ruang perpisahan antara Jokowi dengan Megawati," katanya.
Dan dalam konteks Pilkada Jakarta, lanjut Faizal, ketika Megawati menggendong Pramono Anung sebagai calon Gubernur yang dititipkan dan sebagai orang yang paling dipercaya Jokowi untuk masuk di Pilkada Jakarta maka publik menangkal bahwa perbedaan selama ini hanya pada narasi.
"Tapi pada senyawa kejahatan hitam di dalam gorong gorong, Megawati, PDIP dan Jokowi adalah satu kesatuan yang akan bergulir kedepan menjadi musuh bagi kelompok gerakan perubahan," ungkapnya.
"Itu tidak bisa dipungkiri, dan saya akan berdiri disana, sampaikan ini kepada Megawati, bahwa saya akan terus memperlihatkan wajah asli Jokowi,Mega dan PDIP adalah senyawa yang bermasalah dalam kimia dalam ruang demokrasi ini," tambahnya.
Jadi kata Faizal, bagi kawan kawan yang suka memutar balik dan mencuri ditikungan seolah oleh adanya perbedaan kekuasaan yang signifikan antara Jokowi dan Megawati sebenarnya itu tidak ada sama sekali.
"Hanya tiga partai yang sempat menggunakan ruang demokrasi, yakni PKS, Nasdem dan PKB dan sempat menyegarkan demokrasi ini karena mereka menunjukan adanya kemandirian," katanya.
"Tapi kalau PDIP ini satu paket perbudakan politik dengan sistem kepatuhan atas nama kebohongan sejak awal Jokowi diperjuangkan," sambungnya.
Pertanyaannya, kata Faizal, kalau semua elite PDIP mengatakan Jokowi gagal, bermasalah bakan perusak demokrasi, apakah Megawati berani mendorong fraksi PDIP menyatakan secara terbuka memberikan rekomendasi kepada komisi 3 untuk mendesak KPK, Kepolisian, Kejaksaan untuk segera memproses dugaan keterlibatan Jokowi, kaesang dan Gibran.
"Kalau itu tidak dimotori oleh PDIP, maka sebenarnya publik sudah bisa berkesimpulan bahwa ini bukan partai politik, tapi satu komplotan berjaket partai yang kemudian memeras seluruh sumber daya kekuasaan kadernya yakni Jokowi," katanya.
"Setelah itu mereka melakukan berbagai aneka kejahatan dan menjadi penjahat yang ingin cuci tangan dan itu fakta fakta yang menurut saya jadi cara untuk menghindari agar tidak terlihat bahwa ada komplotan yang saling bersekutu baik Jokowi maupun Megawati," tandasnya.