Sorot Debat Pertama, Pakar Komunikasi Sebut Ketiga Capres Hanya Pertontonkan Ego

Debat capres, Ganjar, Prabowo dan Anies
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Debat calon presiden (capres) pada putaran pertama yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menyita perhatian publik. 

Pemecatan Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dilakukan DKPP Dinilai Kaesang Pangarep Putusan Terbaik

Sebagaimana diketahui, dalam debat pertama tersebut, KPU mengusung tema  penegakan hukum dan demokrasi, pemberantasan korupsi dan hak asasi manusia.

Saat itu, masing-masing capres diberikan kesempatan untuk menyampaikan sederet gagasan, sekaligus saling sanggah ide. 

DKPP Pecat Hasyim Asyari, Cindra Aditi: Keadilan Ditegakan!

Kegiatan itu berlangsung di gedung KPU, Jakarta Pusat pada Selasa, 12 Desember 2023.

Dalam debat tahap pertama itu, masing-masing capres, yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo juga sempat menyampaikan pemikirannya untuk Indonesia lima tahun ke depan.

Profil Ketua KPU Hasyim Asy'ari yang Dipecat Atas Kasus Asusila, Dosen Dapat Beasiswa Sampe Aktivis

Hal ini sontak menuai sorotan banyak pihak. Salah satunya yang berkomentar adalah CEO Konsultan Komunikasi Gcommunications (Gcomm), Andi Irman

Ia menilai, pada debat tahap pertama gaya komunikasi masing-masing capres justru terkesan ingin saling menjatuhkan, dan merusak citra individu.

Andi Irman menjelaskan, bahwa dalam komunikasi yang paling utama adalah pemikiran yang ingin disampaikan kepada publik tersampaikan secara jelas dan mudah dipahami. 

Menurutnya, ciri utama komunikasi itu tak tampak pada ketiga capres saat debat tahap pertama.

Ketiga capres secara komunikasi verbal malah menampakkan ego perorangannya. Seolah ingin menunjukkan bila saya paling bermutu dan ingin menjungkalkan lawan politiknya. 

"Padahal itu dalam komunikasi politik juga tidak tepat,” katanya dikutip pada Selasa, 19 Desember 2023.

Andi Irman juga mengatakan, seharusnya ketiga capres berkomunikasi efektif dengan menjelaskan rinci apa saja turunan dari perspektifnya jika terpilih sebagai presiden, sesuai dengan materi debat tahap pertama.

Ia berpendapat, dengan pola komunikasi politik mencoba merusak sisi personal kompetitor politik justru dapat berakibat fatal merugikan diri capres bersangkutan, sebut saja salah satunya popularitas yang menurun.

“Sebenarnya tidak perlu diungkap aspek tentang kepentingan politik, maupun tendensi kekuasaan yang ada. Berkomunikasi gaya itu dalam debat tidak akan menarik perhatian pemilih, malah bisa saja bumerang ke capres yang menyerang lawannya,” jelasnya.

Sisi lainnya yang disoroti Andi Irman adalah, tidak sistematis dan sulitnya gaya komunikasi ketiga capres mengungkapkan visi misinya jika terpilih pada Pilpres 2024. 

Menurut dia, kalimat komunikasi yang disampaikan ketiga capres terlalu 'melangit'.

Padahal, tambah Andi Irman, mayoritas pemilih di Indonesia adalah kelompok menengah yang dalam kesehariannya kerap berinteraksi dengan kalimat sederhana dan mudah dicerna. 

"Dengan gaya penyampaian komunikasi begitu maka masyarakat akan kesulitan memahami apa keunggulan masing-masing capres."

Andi Irman menyarankan, untuk debat tahap selanjutnya sebaiknya ketiga capres lebih mendekati pola komunikasi yang lebih humanis dan merakyat sehingga menciptakan argumentasi menarik bagi masyarakat.

“Tidak perlu harus mengeluarkan kalimat-kalimat terlalu ilmiah dan bombastis, cukup yang cepat dapat dipahami publik. Asal esensinya tepat sesuai materi diberikan KPU," kata dia. 

"Pemilih itu hanya ingin pemimpin yang logis visi misinya dan itu bisa digambarkan melalui pola komunikasi,” sambungnya.