Selamat Jalan Jaksa Imran: Jejak Integritas yang Tak Terlupakan

Jaksa Imran
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Ada orang-orang yang hadir dalam hidup kita bukan hanya sebagai atasan atau rekan kerja, tetapi sebagai guru dan panutan sejati. Bapak Imran adalah salah satunya.  

Dilepas Penuh Haru, Jaksa Alfa Dera Kini Pimpin Intelijen Kejari Lampung Tengah

Beliau bukan sekadar seorang pemimpin dalam struktur organisasi, tetapi juga seorang mentor yang mengajarkan arti keberanian, loyalitas, dan keteguhan dalam menjalankan tugas sebagai aparat penegak hukum. 

Dalam ketegasannya, ada kebijaksanaan. Dalam kepemimpinannya, ada kehangatan.  

Buru Buronan hingga Tangani Hoaks Babi Ngepet, Ini Sosok Kasi Intel Baru Kejari Lampung Tengah

Kini, beliau telah berpulang. Tapi jejaknya tetap tertanam dalam ingatan kami, tentang bagaimana beliau mengajarkan kami bekerja dengan kehormatan, tanpa mencari keuntungan pribadi, tanpa menyerah pada rasa takut, dan tanpa mengorbankan integritas.  

Pertemuan yang Mengubah Perspektif  

Guru Besar UPN Veteran Ungkap Peran Jaksa di Balik Rancangan KUHAP

Maret 2022, sebuah telepon mengubah segalanya. Perintah mendadak datang dari pimpinan Kejaksaan Agung

Ada kasus besar yang harus segera ditangani, yaitu komplotan jaksa gadungan yang meresahkan masyarakat, mencoreng nama institusi, dan menipu korban hingga miliaran rupiah.  

Hari itu juga, saya diperintahkan datang ke kantor Direktorat A Subdit SDO di Ragunan

Di sinilah pertama kali saya bertemu dengan Pak Imran, yang saat itu menjabat sebagai Kasubdit Pengamanan Sumber Daya Organisasi. 

Sosoknya tenang, tidak banyak bicara, tapi dari sorot matanya terlihat jelas bahwa beliau bukan orang biasa.  

Begitu perintah diberikan, tidak ada waktu untuk ragu. Kami harus segera bergerak ke Yogyakarta dengan hanya berbekal beberapa foto pelaku yang beredar di media. 

Operasi ini penuh ketidakpastian, tetapi satu hal yang saya ingat, sebelum berangkat beliau berkata,  

"Kalau memang mereka harus kita tangkap, maka mereka pasti tertangkap," ujarnya dengan nada tegas. 

Kata-kata itu bukan sekadar optimisme, tetapi prinsip yang dipegang teguh.  

Kami tiba di Yogyakarta pukul 22.00. Kota yang ramai dengan lalu-lalang mahasiswa, kos-kosan yang tak terhitung jumlahnya, dan hotel-hotel yang menjadi tempat singgah para pelaku membuat pencarian tidak mudah. Tapi Pak Imran tetap yakin.  

"Kerahasiaan adalah kunci keberhasilan," katanya berulang kali.  

Kami bergerak dengan hati-hati, menyusun strategi dengan cermat. Tidur di trotoar, mandi di warung sekitar Malioboro itu bukan hal yang aneh dalam operasi semacam ini. 

Tapi tidak ada satu pun keluhan keluar dari beliau. Setiap langkah yang kami ambil selalu disertai dengan perhitungan matang.  

Berkat analisis digital dan kejelian tim, kami akhirnya menemukan lokasi para pelaku.

Tidak ada perayaan berlebihan setelah mereka ditangkap, hanya kesadaran bahwa tugas kami belum selesai. Masih ada satu orang yang melarikan diri.

Dalam waktu dua jam, pelaku terakhir akhirnya tertangkap.  

Empat hari yang penuh ketegangan itu berakhir dengan keberhasilan.

Tapi lebih dari itu, bagi saya, hari-hari itu adalah pelajaran berharga tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya bertindak.  

Pak Imran bukan hanya memberi perintah, tapi terjun langsung ke lapangan, merasakan lelah yang sama, dan memastikan tidak ada satu pun anggota tim yang tertinggal.  

Pelajaran Tentang Keberanian  

Tak lama setelah itu, tugas lain membawa kami ke Jakarta. Kali ini, targetnya seorang pemeras berkedok jaksa yang mengincar pejabat PT Kereta Api Indonesia dengan modus surat panggilan palsu. 

Nilai pemerasan mencapai miliaran rupiah. Dari hasil profiling, kami tahu pelaku bersenjata. Ini bukan sekadar kasus penipuan biasa, ada ancaman nyata yang harus kami hadapi.  

Tim diperkecil untuk mengurangi risiko. Hingga akhirnya, hanya saya dan Pak Imran yang maju sebagai tim pendobrak.  

Beberapa saat sebelum operasi dimulai, beliau menatap saya dan bertanya,  

"Bro, takut nggak?" 

Jujur, ada rasa takut. Tapi saya hanya tersenyum kaku.  

Beliau menepuk bahu saya dan berkata dengan nada ringan,  

"Takut itu biasa. Tapi jangan sampai ketakutan bikin kita berhenti melangkah." 

Saat momen kritis tiba, segalanya berjalan dengan cepat.

Senjata yang dipegang pelaku nyaris menjadi ancaman, tetapi dengan refleks luar biasa, Pak Imran berhasil mengendalikan situasi tanpa ada satu pun peluru yang lepas.  

Saat itu, saya semakin menyadari bahwa keberanian bukan sekadar tentang menghadapi bahaya, tetapi tentang tetap bertindak dengan kepala dingin di tengah ketegangan.  

Lebih dari Seorang Pemimpin  

Di luar tugas, Pak Imran adalah sosok yang peduli. Beliau memastikan semua anggota tim dalam kondisi baik, tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental.  

"Jangan paksakan diri kalau sudah lelah. Kita harus pulang dalam keadaan utuh."  

Beliau bukan tipe pemimpin yang hanya memikirkan hasil akhir, tetapi juga bagaimana prosesnya dijalankan dengan benar. Tidak ada kompromi dalam hal integritas.  

"Kita bekerja bukan untuk diri sendiri, tapi untuk negara, untuk institusi."

Kesetiaan terhadap perintah atasan bagi beliau adalah prinsip yang mutlak.  

"Pimpinan memberi perintah bukan tanpa alasan. Ada tanggung jawab yang harus kita pikul. Kita ini prajurit hukum, harus siap menjalankan tugas tanpa banyak tanya."  

Di sisi lain, beliau juga bukan orang yang kaku. Di antara momen-momen tegang, ada saat di mana beliau bisa membuat suasana cair dengan candaan khasnya.

Tapi saat tugas memanggil, beliau adalah orang pertama yang berdiri di depan, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.  

Selamat Jalan, Pak Imran  

Hari ini, saya menuliskan ini dengan hati yang berat. Pak Imran telah berpulang.

Suasana duka atas meninggalnya jaksa Imran

Photo :
  • Istimewa
  

Orang Baik Berpulang di Hari Baik, di Bulan Baik  

Saya bersyukur pernah mengenalnya, bekerja di bawah kepemimpinannya, dan belajar banyak darinya.

Beliau mengajarkan saya bahwa hukum bukan hanya sekadar pasal dan peraturan, tetapi harus ditegakkan dengan nyali, tanggung jawab, dan kehormatan.  

"Hukum itu bukan sekadar teks di atas kertas, tapi harus ditegakkan dengan keberanian."  

Itulah pelajaran terbesar yang beliau wariskan kepada kami.  

Pak Imran, terima kasih atas semua ilmu, kebersamaan, dan pengalaman yang tak ternilai harganya. Saya bangga pernah bekerja di bawah kepemimpinan Bapak.  

Selamat jalan, orang baik. Semoga semua kebaikanmu menjadi cahaya di keabadian. 

Semoga Allah mengampuni segala khilafmu dan menempatkanmu di tempat terbaik, khusnul khotimah. 

Penulis: Alfa Dera (Jaksa pada Kejaksaan Negeri Depok)