PDIP soal Masalah Depok: Jadi Tolonglah, Kalau yang Enggak Punya Kompetensi Jangan Nyalon
- Istimewa
Siap – PDIP kembali menyorot sederet persoalan di Kota Depok. Salah satunya yang dinilai sangat serius adalah masalah sampah.
Hal itu terlihat dari kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung yang kondisinya sudah overload (kelebihan muatan).
Alih-alih memaksimalkan pengolahan sampah, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok justru berencana mengalihkan pembuangan ke Lulut Nambo, Bogor.
Ironisnya lagi, wacana yang digagas sejak 2018 lalu itu hingga kini belum juga terealisasi.
Kondisi ini kian mengkhawatirkan karena kondisi TPA Cipayung yang telah overload itu rawan longsor.
"Itu kan persoalan sampah menjadi persoalan pelik ya. Tapi kayaknya semangat untuk menjaga kebersihan lingkungan segala macam itu jauh panggang dari api," kata politisi PDIP Sahat Farida saat dikonfirmasi awak media pada Sabtu, 10 Februari 2024.
Ia menilai, Pemkot Depok tidak serius dalam mengatasi persoalan ini.
"Mengutip satu ayat, yakni alnazafat juz' min al'iiman. Terminologi itu sepertinya jauh dari Depok," ujarnya.
"Nah ini yang pengen kita dorong, bahwasanya bicara iman ini kan bukan hanya iman dalam agama tertentu, tapi lingkungan yang bersih itu juga bagian dari keimanan, apapun agama kita dan semangatnya jauh banget di Depok," sambung dia.
Lebih lanjut Founder Paralegal yang saat ini maju sebagai calon anggota legislatif (Caleg) DPRD Depok itu mengatakan, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah.
Salah satunya adalah mengolahnya menjadi barang bermanfaat dan bahkan bernilai ekonomis.
"InsyaAllah nanti Ganjar Mahfud menang ini salah satu yang dikejar untuk penyelesaian persoalan khusus sampah dan lingkungan hidup. Ini juga menjadi konsen saya ketika duduk di DPRD," janjinya.
Sementara itu, aktivis lingkungan hidup, Bob Novandy mengatakan, masalah sampah plastik ini sungguh sangat ironi.
"Indonesia yang Muslimnya terbesar di dunia kok bisa juara 2 terbesar di dunia yang buang sampah plastik sembarangan," katanya.
"Jadi saya punya tagline PSBBS (percuma saja beriman buang sampah plastik sembarangan)," sambungnya.
Menurut pria yang tenar disebut Raja Lampion ini, mengatasi sampah ada dua langkah. Yakni mengalah atau mengolah.
"Mengalah jadi musibah, kalau mengolah jadi berkah, kira-kirakan itu," tuturnya.
Ketua Baitul Muslimin (Bamusi) Kota Depok, Afifah Alia juga melontarkan kritik kerasnya terkait masalah sampah tersebut.
Menurut dia, pengolahan sampah yang dilakukan tingkat RT atau RW jauh lebih baik ketimbang Pemkot Depok.
"Saya di sini melihat etos kerja ASN. mungkin ASN di Kota Depok tuh frustasi ya, karena kenaikan jabatan tuh bukan berdasarkan gimana mereka kerja tapi berdasarkan kedekatan dengan pemimpin, contohnya Sekda yang sekarang," tutur dia.
Afifah menilai itu berpengaruh pada kinerja ASN di lingkungan Pemkot Depok.
Kondisi ini, lanjut Afifah, diperparah dengan kemampuan berpikir walikota yang tidak cerdas dalam menyelesaikan persoalan, salah satunya masalah sampah.
"Kita teriak sampah saat Cipayung sudah tidak bisa menampung, mereka bukannya mikir gimana caranya mengolah sampah tapi mereka cari solusi buang ke tempat lain," katanya.
Menurut Afifah, itu adalah solusi yang ditawarkan oleh orang yang malas berpikir. Parahnya lagi, sampai hari ini wacana pembuangan sampah ke Nambo juga belum terealisasi.
"Jadi permasalahan sampah di Kota Depok ini sangat urgent gitu loh. Jadi tolonglah kalau yang enggak punya kompetensi jangan nyalon, itu pesan saya."
Selain sampah, Afifah juga menyinggung sederet persoalan lainnya yang juga tak kalah penting. Di antaranya masalah pendidikan, infrastruktur dan kesehatan.
Menurut dia, sederet persoalan itu hingga kini belum juga tuntas di tangan Wali Kota Depok dari PKS.
"Jadi tolonglah, udahlah 20 tahun selesai lah berikan ke yang lain. Karena saya tahu kok kalian enggak punya kemampuan untuk membangun kota ini," tegasnya.