Teror Water Tank PDAM Tirta Asasta Depok: Berdiri di Tanah Wakaf Ponpes?

Penampakan water tank PDAM Tirta Asasta Depok
Sumber :
  • siap.viva.co.id

Siap – Mega proyek water tank PDAM Tirta Asasta Depok hingga kini masih berpolemik.  Bahkan beredar kabar, diduga lahan yang digunakan adalah tanah wakaf untuk pembangunan pesantren. Lantas benarkah demikian?

Gawat, Kuasa Hukum Pegi Setiawan Sebut Rekayasa Para Saksi Nyaris Terbukti, Ini Dasarnya..

Sebagaimana diketahui, proyek tangki air raksasa itu menuai penolakan dari sejumlah warga sekitar.

Mereka yang berada di kawasan Jalan Legong dan Perumahan Pesona Depok II khawatir, jika water tank yang menampung 10 juta liter air itu jebol.

Sudirman Terpidana Kasus Vina Cirebon Mendadak Sulit Ditemui Kuasa Hukum, Ada Apa?

Kekhawatiran warga tentu bukan tanpa alasan. Keberadaan water tank PDAM Tirta Asasta Depok ini posisinya lebih tinggi dari pemukiman warga.

Sejumlah warga menegaskan, bahwa mega proyek tersebut tidak mengantongi izin lingkungan.

Menelisik 2 Mega Proyek Mangkrak di Depok, Water Tank hingga Metro Stater Terancam Zonk!

Dampak terkini yang dirasakan warga adalah, banyak rumah yang sudah tak laku untuk di jual, karena lokasinya yang dianggap berbahaya.

Baca Juga: Water Tank, Proyek Basah Bikin Resah

Lantas seperti apa tanggapan PDAM Tirta Asasta Depok atas ketakutan warga dan soal tudingan lahan wakaf?

Direktur Operasional PT. PDAM Tirta Asasta Depok, Sudirman mengatakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah mitigasi bencana untuk mencegah hal tak diinginkan.

Di antaranya, membangun pagar setinggi tiga meter, kemudian selokan air dengan lebar satu meter.

"Kalau dihitung ini dari luasan lahan, apabila terjadi sesuatu itu air tidak akan kemana-mana," katanya dikutip dari tayangan YouTube Official iNews pada Sabtu, 16 September 2023.

Sudirman mengklaim, tembok dan water tank tersebut mampu menahan air jika terjadi kebocoran.

"Jadi jaminannya adalah terkait spek water tank. Ini (water tank) bukan buatan lokal, ini dari Inggris. Bahannya ada tujuh panel. Dia akan merembes dulu kalau bocor, dan itu bisa langsung diantisipasi," jelasnya.

Selain itu, kata Sudirman pihaknya juga akan membangun selokan.

"Jadi selokan yang kita bangun ada dua, satu diujung sana, dekat pagar, nah satu lagi di pipa kita yang masuk ke lahan kantor. Itu nanti masuk ke saluran kita yang kedalamannya 2 meter. Lebar selokan satu meter," kata dia.

Sudirman yakin, selokan selebar satu meter itu cukup untuk mencegah air tumpah ke pemukiman warga.

"(lebar satu meter) cukup," katanya.

Lebih lanjut, ketika disinggung soal proyek senilai Rp 31 miliar itu berdiri di tanah urukan, Sudirman pun mengklaim tak masalah.

"Jadi saat kita bangun ini sudah melakukan peninjauan untuk mengetahui lapisan tanah, dan konsultan kita sudah menghitung jadi saat menentukan struktur. Nah secara hitungan desain itu sudah dilakukan struktur yang aman, menampung beban 10 juta liter air," jelasnya.

Soal tanah urukan, kata Sudirman, itu hanya lapisan permukaan saja.

"Ini tanah urukannya hanya dilapisan sedalam dua meter saja. Jadi hanya bagian atas saja."

Kemudian soal isu tanah wakaf yang seharusnya digunakan untuk pembangunan pondok pesantren, Sudirman mengaku tidak tahu.

"Ini tanah sudah kita beli, jadi sudah ada hak guna bangunan, dan bukan dari tanah wakaf. Kita sudah ada suratnya dari rekomendasi perumnas. Bahwa ini hak guna bangunan," katanya.

"Intinya kita ngga tahu, kita nggak paham kalau itu tanah wakaf yang diperjual belikan. Karena saat beli kita ada surat kepemilikan," sambungnya.

Sudirman juga tak tahu kalau lahan tersebut isunya bakal dijadikan pesantren. "Kita nggak tahu itu," ujar dia.