Operasi Intelijen BNN Ungkap 70 Persen Narkoba Masuk ke Indonesia Lewat Jalur Laut

Ilustrasi BNN buru pengedar narkoba di laut
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Sekira 70 persen, peredaran narkoba masuk ke Indonesia melalui jalur laut. Tak tinggal diam, BNN pun terus gencar melakukan berbagai serangkaian operasi untuk menghalau barang haram tersebut.  

Polisi Tangkap Rampok Berkapak Rudapaksa Wanita di Depok Ditangkap Saat Jual Narkoba

Setidaknya hal itu diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Barat, Brigjen Pol Ricky Yanuarf yang baru saja meraih gelar Doktor pada Sidang Terbuka Program Pascasarjana Universitas Pancasila, pada Senin, 24 Februari 2025.

Ia menyebut, ada sejumlah tantangan yang saat ini dihadapi BNN. Salah satunya adalah soal keterbatasan anggaran. 

Operasi Pekat, Polda Kalbar Tangkap 42 Preman dan Sita Miras

"Saya selaku anggota dan personel BNN berupaya melihat dan menguji apakah organisasi BNN sudah agile atau enggak? Karena dengan perubahan pada revolusi industri saat ini, BNN dituntut harus agile," katanya dikutip pada Rabu, 26 Februari 2025. 

Menurut Ricky, tantangan ke depan soal kejahatan narkotika bukanlah kejahatan biasa, tapi kejahatan extraordinary crime. 

Musnahkan 10 Kg Narkoba, Polres Bengkayang Selamatkan 50 Ribu Jiwa

"Untuk itu dituntut performa BNN harus baik dan hijau, sehingga apa? Sehingga bagaimana BNN bisa menekan angka peredaran narkoba di Indonesia," ujarnya.  

Ricky berpendapat, Kepala BNN Kota maupun Kepala BNN Provinsi harus bisa menjaga performa baik dalam masyarakat di era 4.0 ini.  

"Sehingga BNN ini betul-betul mendapat trust dari masyarakat dalam rangka penjagaan, menekan angka peredaran narkoba di Indonesia yang hampir 60 hingga 70 persen narkotika itu masuk lewat perairan," jelasnya.  

Kepala BNN Provinsi Sumbar, Brigjen Pol Ricky raih gelar Doktor UP

Photo :
  • siap.viva.co.id

Brigjen Ricky juga mengungkapkan, Indonesia termasuk negara yang terpanjang dari sisi pantai. Karena itulah perlu kolaborasi antar pihak untuk mengatasi masalah ini. 

"BNN tidak akan mampu bekerja sendiri. BNN harus mampu berkolaborasi dengan stakeholder lainnya, terutama Angkatan Laut, Polisi Perairan, dan Bea Cukai, sehingga peraraan Indonesia ini bisa terjaga dengan baik," tuturnya. 

"Sehingga bagaimana masuknya narkotika lewat jalur Segitiga Emas bisa terawasi saat masuk narkotika ke Indonesia lewat kolaborasi semua stakeholder," sambung dia. 

Karena itulah, menurut Ricky kuncinya BNN harus agile (memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat dan mudah). 

"Nah itulah penelitian saya, yakni menguji apakah BNN sudah agile atau tidak," pungkasnya.

Operasi Intelijen

Sementara itu, Kepala BNN, Komjen Pol Marthinus Hukom yang hadir dalam sidang terbuka gelar Doktor itu mengaku sangat bangga dengan hasil yang dicapai Ricky. 

"Saya mengucapkan selamat buat salah satu staf saya yang hari ini mendapat gelar Doktor dan penelitiannya tentang BNN sendiri, terutama tentang bagaimana agilitas BNN dalam menghadapi perkembangan teknologi 4.0 sebagai konsekuensi logis dari perkembangan teknologi," tuturnya.

Ia berpendapat, BNN harus siap untuk menghadapi itu dan akan belajar juga dari hasil penelitian Kepala BNNP Sumbar tersebut. 

"Yang kedua, tren perkembangan hari ini kita ketahui bahwa narkoba ini kan kita melihat dari survivor valensi kita 3,3 juta jiwa. Nah 3,3 juta artinya Indonesia menjadi pasar yang potensial bagi peradaran gelap narkotika," tuturnya. 

Kemudian yang berikutnya adalah perkembangan modus operandi para pelaku. Mereka hari ini masuk melalui pintu laut dari seluruh pesisir. 

Di antaranya pantai Sumatra, perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara.

Kemudian pesisir pantai Sulawesi bagian barat dan perbatasan dengan Papua Nugini maupun sedikit dengan Timor Leste.

"Ini yang terus kita kuatkan pengawasan, dan hari ini kita sedang melakukan operasi besar-besaran sepanjang tahun di wilayah yang tadi saya sebutkan, perbatasan-perbatasan pantai, perbatasan negara," terangnya.  

"Saya yakin dengan penguatan intelijen seperti yang Pak Presiden perintahkan bahwa untuk mengejar, untuk mengatasi kejahatan-kejahatan trans-organized crime, korupsi, penyelundupan dan lain-lain, kita harus menguatkan operasi intelijen dan struktur intelijen," sambungnya.

Menurut Marthinus strategi tersebut penting, baik itu human intelijen, maupun teknologi intelijen. 

"Dan saya berharap ini kita akan berhasil melawan sindikat-sindikat dan alkomotif seperti itu," ujarnya.

Minimnya Anggaran

Lebih lanjut ketika disinggung soal anggaran, menurut Marthinus tidak akan ada habisnya untuk diperdebatkan.  

"Ya, dimana-mana kalau kita bicara tentang anggaran antara ideal dan tidak ideal.

Tapi yang terpenting di sini bagaimana kita memberikan skala prioritas," jelasnya.

Ia berpendapat, kalau berbicara tentang organisasi, maka harus berbicara tentang kepemimpinan, dan tentang strategi. 

"Ketika kita berbicara tentang strategi artinya kita berbicara tentang apa yang harus didahulukan," tuturnya.

Jenderal bintang tiga ini lantas menjabarkan, bahwa strategi itu adalah pilihan pendekatan, pilihan skala prioritas. Lalu pilihan pendekatan dengan melihat kepada peluang, melihat dengan hambatan-hambatan. 

"Artinya melihat dengan kekuatan kita, lalu kita menentukan strategi apa. Jadi strategi itu adalah penentuan skala prioritas dengan melihat kepada hambatan-hambatan termasuk anggaran tadi."  

"Maka kalau kita bicara tentang anggaran ya sampai kapanpun juga tetap akan ada, karena perkembangan kejahatan itu kan dia selalu melampaui kekuatan-kekuatan yang negara bangun, terutama masalah sumber daya, anggaran, dan lain-lain," terangnya. 

"Jadi bagi saya limitasi anggaran tidak akan menyurutkan kita untuk melakukan pekerjaan yang maksimal," tegasnya.