Keras! Mentan Andi Amran Coret Biaya Cipika Cipiki Demi Petani hingga Copot 11 Pejabat
Siap – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman tengah jadi sorotan publik lantaran sikap tegasnya yang berani blak-blakan melawan korupsi, meski di lingkungan tempat kerja dia sendiri.
Hal itu sempat pula ia ungkapkan saat berdialog dengan Andy F Noya belum lama ini.
Mentan Andi Amran bahkan sampai mencopot 11 pejabat loh lantaran diduga terdikasi terlibat korupsi. Lantas seperti apa pengakuannya? Simak ulasan di bawah ini.
Coret Biaya Cipika Cipiki
Sikap tegas Mentan Andi Amran juga terlihat dari beberapa unggahan di akun media sosial Instagram pribadinya.
Mentan Amran juga tak segan-segan mencoret anggaran yang dianggapnya mubazir. Salah satunya ia sebut dengan biaya cipika cipiki.
"Biaya cipika-cipiki dicoret demi petani," ujarnya dalam sebuah postingan yang diunggah pada 2019 lalu, dikutip siap.viva.co.id pada Selasa, 17 Desember 2024. Dalam keterangan tertulisnya, Andi Amran kemudian menjelaskan alasan mencoret biaya tersebut.
"Yang kami coret pertama, biaya perjalanan dinas kami coret. Itu perintah bapak presiden, dahulukan petani. Ada Rp 800 miliar per tahun kami coret. Biaya seminar, biaya operasional yang tidak penting, gunting pita, biaya MC," ujarnya.
"Maaf pak bupati, kalau ke kantor pertanian tidak ada MC lagi, enggak ada biayanya. Biaya cipika cipiki, enggak ada lagi di pertanian," sambungnya.
Nekat Lawan Tekanan
Diberitakan sebelumnya, Mentan Andi Amran Sulaiman mengungkap pernyataan yang cukup mengejutkan terkait kasus korupsi di tempatnya bekerja.
Perkara itu tidak hanya melibatkan orang dalam, tapi juga sosok penting di level pusat. Benarkah demikian?
Dilansir dari channel YouTube Metro TV, hal itu diungkapkan Mentan Andi Amran saat diwawancara Andi F Noya beberapa waktu lalu.
Pria kelahiran Bone, 27 April 1968 itu mengungkap modus korupsi yang pernah ia lawan, di antaranya ketika menjadi pejabat Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.
Kala itu, sebelum menjabat sebagai Mentan, Andi Amran sempat dipercaya sebagai kepala logistik di BUMN.
"Katakanlah itu tempat basah. Pernah suatu saat kami ditekan untuk mark up pengadaan pupuk. Waktu itu nilainya Rp74 miliar, seharusnya harga pupuk itu Rp34 miliar," katanya.
Mendengar hal tersebut, Amran dengan tegas menolaknya.
"Saya katakan kalau ini dilanjutkan kami pilih keluar," tegasnya.
Ia mengaku sempat gusar lantaran saat itu mendapat tekanan dari orang penting di Jakarta.
"Saya katakan ini tidak boleh kita lakukan. Akhirnya kami tetap bertahan, lelang sesuai dengan keinginan kami," ujarnya.
Sikap teguh Mentan Amran melawan godaan korupsi membuat dirinya mendapat perlakuan tak menyenangkan.
"Kemudian kami dimutasi. Saya tidak tahu apakah hubungannya dengan ini. 1 tahun kemudian kami resign," tuturnya.
Menurutnya lebih baik mundur dari jabatan tersebut ketimbang harus memakan uang haram.
"Kami katakan ini tidak sejalan dengan petuah-petuah ayah saya. Bahwa jangan makan haknya orang lain, kami resign."
Lepas dari kejadian itu, Mentan Andi Amran bersyukur lantaran Presiden Prabowo cukup tegas terhadap perkara korupsi.
"Luar biasa bapak presiden, beliau tegaskan berantas korupsi tidak boleh kompromi pada mafia. Ini luar biasa pesan Beliau. Saya sudah beritahu semua teman-teman, kalau anda melakukan yang tidak terpuji korupsi, kolusi, pasti kami tindak," tegasnya.
Copot 11 Pejabat Nakal
Andi Amran memastikan, bahwa yang menindak bukanlah dirinya melainkan sistem.
"Anda bersalah harus dihukum. Jadi di sini baru saja ada 11 orang kami nonaktifkan. Eselon 2, 3 dan stafnya," tuturnya.
Mereka dicopot dari jabatan karena diduga melakukan sederet pelanggaran. Dan hal itu dilaporkan saksi secara langsung ke nomor ponsel pribadi Amran.
"Jadi orang yang melapor itu terjaga kerahasiannya. Kami terima sekarang lebih 100 aduan."
Dua di antaranya pelapor merupakan guru besar dan satu lagi calon bupati terpilih.
"(Mereka) melapor bahwa ada permainan di dalam. Jadi kami langsung cek, kami panggil bersangkutan. Cuma (diintrogasi) 5 menit ngaku," katanya.
Amran tak merasa malu mengungkap adanya praktik dugaan korupsi di Kemterian Pertanian (Kementan) ini.
"Justru kita malu di depan Tuhan kalau kita melakukan pembiaran. Kalau melakukan pembiaran sama dengan beternak kejahatan," tegasnya.
Menurutnya, enggak mungkin negeri ini maju jika kelakukan pejabat sebagai tarian poco-poco.
"Tahu poco-poco? Dua kali maju, dua kali mundur nggak ke mana-mana. Kita harus berani melakukan. Kita sayang generasi kita, kita jangan ego," ujarnya.
"Hidup kita palingan 5 tahun selesai, tapi ada generasi kita yang menunggu ingin melanjutkan," timpalnya lagi.