Terinspirasi Walisongo, Gus Miftah Dorong Indonesia Jadi Contoh Toleransi Antar Umat Beragama
- Istimewa
Sunan Muria mengarang kisah dan alur ceritanya, lalu Sunan Kalijaga menampilkannya dalam sebuah pertunjukan wayang.
Sementara Sunan Bonang menciptakan alat-alat gamelannya.
"Islam ala Walisongo menjadi tonggak toleransi dan koeksistensi di Nusantara. Semua itu tiada lain karena Al-Quran juga menyebut kelompok sosial dalam suatu bangsa dengan beraneka macamnya," ucap Gus Miftah.
Ia menambahkan, setidaknya ada sembilan penyebutan yang mengarah pada makna toleransi dan koeksistensi: Qoum (383x), Ummah (51x), Syu'ub (1x), Qabail (2x), Firqoh (29x), Thoifah (24x), Hizb (20x), Fauz (5x), dan Ahl (124x).
Seorang mufassir, Ar-Raghib Al-Ashfihani (w.1108), dalam Mufradat fi Gharib al-Qur’an, mengatakan karakteristik masyarakat yang begitu plural tidak ditemukan di bangsa Arab.
Namun, bagaimana mungkin Al-Quran bisa melakukan klasifikasi dan kategorisasi terhadap karakter masyarakat yang majemuk adalah persoalan misterius yang berkaitan dengan mukjizat Al-Quran sendiri.
"Menjawab persoalan dari Al-Raghib Al-Ashfihani tersebut, penulis meyakini al-Quran mungkin memberikan jawaban tentang sebuah negeri, yang memiliki 17.504 pulau, 1.340 suku, 742 bahasa, 5 agama besar, dan 126 kepercayaan lokal," ujarnya.
"Setidaknya begitulah kesimpulan diskusi kebudayaan dan keanekaragaman di Aula Convention Hall UIN Sunan Kalijaga," sambung Gus Miftah.