Waduh, Mantan Wakapolri Sebut Kapolda Jabar Panik Gegara Kasus Vina Cirebon Blunder, Benarkah?

Potret kolase mantan Wakapolri Oergoseno dan Kapokda Jabar
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Polemik kasus Vina Cirebon yang hingga saat ini menuai polemik ditengah masyarakat lantaran diduga sarat dengan kejanggalan membuat mantan Wakapolri Oegroseno angkat bicara.

Menguak Peran Iptu Rudiana di Kasus Vina yang Makin Terpojok, Berani Melakukan....

Disitat tayangan YouTube DiskursusNet, Oegroseno mengatakan bahwa dirinya menilai Kapolda Jabar Irjen Akhmad Wiyagus kini dalam posisi panik soal kasus Vina Cirebon yang mendadak kembali mencuat.

Tak hanya itu, Oegroseno juga menyebut bahwa kepanikan tersebut juga pastinya dialami oleh para penyidik Polda Jabar.

Dugaan Peradilan Sesat Kasus Vina Cirebon Makin Mencuat, Edwin Partogi: Penegak Hukumnya Pasif?

"Ya kompetensi sih tidak terlalu ya, integras ada kepanikan. Panik menghadapi kasus ini harusnya kan saya bilang Polda Jabar jangan dibiarkan sendiri harusnya ada tim dari Mabes Polri yang memberikan asistensi," ujar Oegroseno dalam video tersebut.

Mendengar pernyataan tersebut lantas Reza Indragiri pun membandingkan kepanikan yang bisa dilalui Polda Jabar seharusnya tidak bisa dikatakan begitu saja.

Astaga, Polemik Kasus Vina Cirebon Terbongkar, Diduga Tak Pernah Jadi P 21 Kejaksaan?

Sebab, dia menilai Polda Jabar termasuk kelas yang cukup diperhitungkan.

"Mana yang terbaik Pak kalau kita bicara Polda di maaf Indonesia Timur, bukan maksud merendah kan ya kan di Polda ada juga kelas-kelasnya kan, Pak kalau kita bicara Polda di kawasan Indonesia Timur masuk akal Pak ada kata kepanikan. Ini kita bicara Polda Jabar. Pak Kapoldanya itu mantan KPK, Pak masih bisa Pak kita gunakan kata kepanikan mewarnai psikologinya penyidik tahun 2024," kata Reza.

"Nah, Itulah namanya kepemimpinan Pak. Jadi, mengambil keputusan kalau teorinya tentang diskresi mengambil keputusan itu sudah diberikan sejak pangkat kapten atau AKP sekarang ya itu di PTIK. Nah, ini kan ada  risiko yang harus dikalkulasi itu pelajarannya ada dalam manajemen kepolisian," tutur Oegroseno.

"Nah ini mungkin dalam situasi yang percepatan waktu kan kalau sudah, kan waktu berjalan argonya nih. Nah itu mungkin tidak diterapkan di situ," sambungnya.

Lebih lanjut Oegroseno mengatakan, Kapolda Jabar biasanya tidak terlibat langsung dalam penyidikan suatu perkara namun ia mendapat desakan dari Dirkrimum terkait penyidikan perkara.

"Biasanya kan begini kalau Kapolda kan enggak terlibat langsung diserang direktur. Direktur Reserse Umum ya. Nah, di sini biasanya seorang direktur kan harus sekolahnya sudah cukup dia mengambil keputusannya itu jangan sampai merugikan institusi merugikan atau lembaga, merugikan pimpinan gitu dan sebagainya sehingga risiko yang dari semua risiko jelek pasti ada yang agak terbaik itu diambil harusnya," jelasnya.

Tak hanya itu, Oegroseno membahasa soal hasil tes psikologi Pegi Setiawan. Menurutnya, hasil tes psikologi Pegi Setiawan seharusnya hanya menjadi materi penyidik Polda Jabar.

Karena hasil tes psikologi tersebut digunakan penyidik untuk menghadapi Pegi Setiawan dalam penyidikan kasus pembunuhan Vina.

"Seharusnya untuk pemeriksaan seperti kemarin Pegi itu adalah untuk kepentingan penyidik, bagaimana menghadapi orang seperti Pegi. Jadi, tidak untuk dipublikasi, bukan juga alat bukti di situ," paparnya.

Dengan demikian, dia menilai sebagai purnawiran kepolisian, tindakan penyidik Polda Jabar telah menyalahi etika profesi. Dan seharusnya, kondisi tersebut seharusnya tidak perlu terjadi terkait membongkar hasil tes psikologi Pegi Setiawan.

"Itu mungkin bisa dikatakan pasal apa ya pelanggaran etika saja. Etika profesi sudah dinyatakan bahwa ya sebenarnya tidak boleh dilakukan dan akhirnya kan merehabilitir apa yang disampaikan hasilnya tadi. Jadi orang yang penting minta maaf ini ada yang salah dirabitir sebetulnya tidak untuk itu, ya mudah-mudahan masyarakat memaafkan," tandasnya.