Ketika Pangeran Diponegoro Gagal Naik Haji
- Dokumen Dubes Cairo, Mesir
Adapun keinginan Pangeran Diponegoro untuk menunaikan ibadah haji, tercatat dalam Babad Dipanegara: An account of the outbreak of the Java War (1825-1830): The Surakarta court version of the Babad Dipanegara with translation into English and Indonesia Malay, dikarenakan malu dan hendak berserah diri berharap pengampunan Allah SWT.
Hal tersebut terlontar saat Diponegoro menaiki kereta kuda dengan pengawalan Kapten Roeps dan Mayor de Stuers menuju Semarang.
Dari Semarang, Diponegoro melanjutkan perjalanan dengan menumpangi kapal uap SS Van der Capellen menuju Batavia pada 5 April 1830.
Ia berharap agar pemerintah Belanda memberikan hak-hak legal kepadanya, apakah akan dikirim ke Mekkah atau ke tempat lain.
"Pangeran juga meminum sebotol air zamzam pemberian seorang haji baru kembali dari tanah suci ketika berada di Magelang agar siap menghadapi segala godaan," kata Peter Carey.
Informasi awal mengenai haji, menurut Peter Carey, hampir pasti didapat Diponegoro paling tidak dari seorang panglima pasukan Suronatan, Haji Badarudin ketika masih sama-sama berada di Tegalrejo.
Haji Badarudin telah dua kali naik haji atas tanggungan Keraton Yogyakarta dan dianggap ahli mengenai tata cara pemerintahan Utsmani di kota-kota suci.