Telusur Jejak Cikal Bakal Gerakan Buruh Indonesia
- http://deeinform.blogspot.co.id
iap – Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes Graaf van den Bosch (1830-1834) harus memutar otak untuk mengembalikan 'kesehatan' keuangan Belanda. Perang Jawa (1825-1830) menguras kas pemerintah hingga 20 juta gulden. Belum lagi, sekira 7.000 serdadu Bumiputera dan 8.000 tentara Eropa tewas saat berusaha 'menaklukkan' sang aktor utama, Pangeran Diponegoro.
Gubernur Jenderal ke-43 itu lantas menerapkan sistem budidaya tanam dengan kebijakan cultuurstelsel atau dikenal luas dengan istilah tanam paksa.
Sistem tersebut menuntut tiap desa menyerahkan seperlima bagian tanah dan petani untuk menanam produk natura paling laku di pasar dunia, seperti kopi, tebu, teh, dan indigo. Van den Bosch mengerahkan para bupati mengawasi penanaman, panen, hingga pengakutan.
Pada praktiknya, sistem cultuurstelsel, seturut Robert van Niel pada Sistem Tanam Paksa di Jawa, melaju dengan beragam penyelewengan melibatkan mulai penguasa kolonial maupun lokal. Ketentuan jumlah kuota tanah dan tenaga tani lambat-laun semakin meningkat, tak lagi seperlima, bahkan di beberapa tempat terjadi hingga 90 persen.
"Apabila terjadi gagal panen selama setahun atau dua tahun maka terjadilah bencana kelaparan, muncul wabah penyakit, dan perpindahan penduduk ke daerah-daerah lain," tulis Van Niel.
Praktik penindasan Pemerintah Belanda melalui sistem cultuurstelsel mendapat kritik tajam novelis ternama Eduard Douwes Dekker (1820-1887) atau tersohor dengan nama pena Multatuli.