Ancaman Semakin Dekat, Prabu Surawisesa Gagal Bendung Ekspansi Kesultanan Demak

Prabu Surawisesa bersama khodam Prabu Siliwangi.
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Kerajaan Pajajaran berada di masa kejayaan pada pada pemerintahan Prabu Siliwangi. Di era Prabu Siliwangi, Pajajaran memiliki hasil bumi yang berlimpah dan wilayahnya mencapai Selat Sunda dan Pelabuhan Sunda Kelapa

Menakar Relevansi Uga Wangsit Siliwangi terhadap Bangsa Indonesia

Kejayaan itu berangsur menurun usai Prabu Siliwangi mangkat dan digantikan putranya Prabu Surawisesa.

Pemerintahan Prabu Surawisesa berhasil membawa kemakmuran bagi warganya terutama dengan melimpahnya hasil pertanian. 

Sensasi Liburan di Alam Curug Pangeran, Hidden Gem Bogor

Pajajaran tumbuh menjadi kerajaan agraris yang makmur. Wilayah pelabuhan Pajajaran selalu disinggahi oleh pelbagai armada asing untuk membeli atau menukar hasil bumi. 

Ramainya pelabuhan menunjukkan keterbukaan kerajaan terhadap bangsa asing sekaligus menjadi ancaman bagi keamanan kerajaan. Apalagi sebelah timur, Kesultanan Demak sedang giat-giatnya melakukan perluasan wilayah.

Menilik Teka Teki Muara Beres, Kerajaan Islam Sunda di Tanah Pajajaran

Prabu Surawisesa melihat kehadiran bangsa asing di Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai peluang untuk menjalin kerja sama. 

Selain untuk alasan perdagangan, kepentingan pertahanan juga menjadi pertimbangan utamanya.

Apalagi, ancaman Demak semakin dekat. Sang Prabu kemudian melakukan kerjasama dengan Portugis.

Perjanjian kerjasama Kerajaan Pajajaran dengan Portugis dilakukan pada tanggal 21 Agustus 1522 dan berlangsung saat penobatan Prabu Surawisesa sebagai raja Kerajaan Pajajaran.

Dalam catatan Tome Pires seorang penulis Portugis, pada saat penandatanganan perjanjian masing-masing tokoh kedua belah pihak hadir.

Dari Kerajaan Pajajaran Tumenggung Sang Adipati Bengar selaku bendahara kerajaan dan Syahbandar menjadi saksinya. 

Sedangkan dari pihak Portugis disaksikan oleh Fernando de Almeida, Fransisco Anes, Manuel Mendes, Joa Cotinho, Gilbarboza, Tome Pinto dan Francisco Diaz.

Dalam perjanjian itu, bangsa Portugis diperbolehkan atau diizinkan membangun benteng di Banten dan Kalapa yang juga dikenal dengan nama Sunda Kelapa.

Portugis juga mendapat 1000 karung lada dari Pajajan setiap tahun sebagai pertukaran apa yang dibutuhkan Pajajaran akan diberikan Portugis sebanyak 351 kwintal.

Mantan Menteri Luar Negeri dan Diplomat ulung Indonesia kelahiran Jawa Barat, Mochtar Kusumaatmadja menyebut perjanjian Kerajaan Pajajaran dan Portugis merupakan perjanjian internasional pertama dalam sejarah Indonesia.

Perjanjian itu lengkap dengan surat serta prasasti sebagaimana layaknya perjanjian bilateral kedua negara.

Penandatanganan perjanjian kerjasama dengan Portugis menyebabkan kerajaan Pajajaran kehilangan sejumlah kekayaan alamnya.

Tak kurang dari 1000 lada harus diserahkan oleh Pajajaran kepada Portugis.

Setiap kapal yang dikemudikan Portugis mendarat di Malaka akan diberi muatan lada yang kemudian ditukar dengan barang-barang yang diperlukan oleh Kerajaan Pajajaran.

Perjanjian itu tak pelak lagi menimbulkan kecemasan di Kesultanan Demak yang dipimpin Sultan Trenggana. Kecemasan itu mengacu pada Selat Malaka sebagai pintu masuknya perairan Nusantara sebelah utara. 

Ketika Sunda dan Malaka dikuasai Portugis secara otomatis akan melumpuhkan sektor maritim kerajaan di Nusantara. Terlebih Selat Malaka dipandang sebagai urat nadi kehidupan ekonomi Kesultanan Demak.

Demak memutuskan menyerang Banten dengan menggandeng mitranya Kesultanan Cirebon. Alasannya Banten merupakan pintu masuk utama Selat Sunda.

Sebelum pasukan datang, di Banten sudah terjadi huru-hara yang dilakukan Pangeran Hasanuddin dan para pengikutnya. Kedatangan pasukan Fatahillah ke Banten menyebabkan Bupati Banten beserta keluarganya mengungsi ke ibu kota Pakuan Pajajaran.

Di tahun 1527 Masehi, Fatahillah beserta pasukannya berhasil merebut Pelabuhan Kelapa dari tangan Pajajaran. Penaklukan ini tidak lain karena pasukan Fatahillah menggunakan meriam yang tidak dimiliki oleh pasukan Pajajaran, sehingga pasukan dari Pakuan berhasil dipukul mundur.

Portugis yang dimintai bantuan oleh Pajajaran, sebenarnya ingin memberikannya bantuan kepada Pajajaran. Tetapi bantuan tersebut tak pernah sampai karena kapal-kapal Portugis diterpa badai di Teluk Benggala, sehingga terlambat tiba di Sunda untuk membantu Pajajaran.

Alhasil, Perjanjian Pajajaran dan Portugis gagal membendung ekspansi Kerajaan Demak.