Menakar Relevansi Uga Wangsit Siliwangi terhadap Bangsa Indonesia
- Istimewa
Siap – Dalam khazanah masyarakat tatar Sunda tentu tidak akan asing dengan yang namanya Uga Wangsit Siliwangi. Adapun Uga Wangsit Siliwangi jika dijabarkan secara harfiah adalah petunjuk atau wasiat terakhir Prabu Siliwangi sebelum akhirnya ngahiang atau tiada.
Wasiat itu merupakan tulisan berbahasa Sunda Buhun (kuno) yang bagi masyarakat Sunda merupakan petuah dan menyiratkan makna yang sangat luhur serta memiliki relevansi antara masa lalu dengan masa kini.
Ihwal demikian, kembali diperjelas budayawan Fachrudin Soleh. Menurutnya, apa yang sudah diwasiatkan Prabu Siliwangi, realitasnya sangat berhubungan dengan apa yang terjadi terhadap bangsa ini.
"Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan, 'Arinyana engke jaga bakal ka seundeuhan batur. Loba batur ti nu anggang. Tapi, batur anu nyusahkeun. Sing waspada,' yang artinya adalah suatu hari nanti akan kedatangan tamu. Banyak tamu yang datang dari jauh. Namun, tamu yang menyusahkan. Jadi, waspadalah," kata Fachrudin beberapa waktu lalu di Depok.
Adapun tamu yang dimaksud, Fachrudin katakan adalah para penjajah yang dalam catatan sejarah telah menindas serta merusak keutuhan bangsa. Hal tersebut, masih kata Fachrudin, sudah pula dijelaskan dalam beberapa bait Uga Wangsit Siliwangi selanjutnya.
"Tah di dinya, sanagara bakal jadi sampalan. Sampalan kebo barule nu diangon ku jalma jangkung nu tutunjuk di alun-alun. Ti harita, raja-raja dibelenggu. Kebo bule nyekel bubuntut, turunan urang narik waluku. Ngan narikna henteu karasa sabab murah jaman seubeuh hakan," tuturnya.
"Nah di situlah, sebuah negara akan pecah. Pecah oleh kerbau bule yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. Semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya menjadi orang suruhan. Namun, kendali itu tidak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan," katanya mengartikan.