Mengungkap Suara Misterius saat Daki Gunung, Benarkah Itu Bisikan 'Sang Penunggu'?
- Istimewa
Siap – Gunung menjadi tempat dengan berbagai daya tarik. Keindahan alam, udara segar, hingga daya tarik mistis ialah beberapa alasan pendaki menjajal sebuah gunung.
Bagi para pendaki, ada saja pengalaman menarik saat menuju ke puncak gunung. Tak sedikit juga yang mengaku mendengar suara-suara misterius saat dalam perjalanan. Mitosnya, suara-suara itu berasal dari penunggu gunung. Apa benar demikian?
Dr Hermann Burgger, pemimpin di Institute of Mountain Emergency Medicine di Eurac Research Italia, mengungkapkan kepada Live Science bahwa atmosfer dan ketinggian gunung dapat membuat orang mengalami fase 'gila' sesaat.
Semakin tinggi posisinya di gunung, semakin mudah bagi para pendaki menangkap suara-suara misterius yang entah berasal dari mana.
Menurut para ahli, hal itu disebabkan psikosis yang mereka alami. Psikosis adalah gangguan mental yang membuat seseorang sulit membedakan mana kenyataan dan mana yang hanya halusinasi.
Orang yang mengalami psikosis cenderung tidak sadar dengan apa yang terjadi pada diri mereka pada saat itu.
Dalam hal mendaki gunung, semakin tinggi kamu mendaki, semakin besar risiko mengalami psikosis.
Hal itu dibuktikan pengalaman Dr Jeremy Windsor saat mendaki Gunung Everest pada 2008. Ketika mendaki gunung sendirian, ia merasa memiliki teman baru bernama Jimmy yang mengajaknya mengobrol selama di perjalanan. Namun, lama kelamaan, teman barunya tersebut hilang sekejap tanpa bekas.
Selain karena efek psikosis, para ahli meyakini suara-suara misterius saat naik gunung juga berhubungan dengan penyakit ketinggian atau altitude sickness.
Penyakit ketinggian adalah kondisi yang biasa menyerang pendaki gunung pada ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.
Altitude sickness umum terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen sehingga menyebabkan pusing, mual, dan gangguan keseimbangan.
Kadar oksigen di ketinggian tertentu yang memang lebih rendah juga ikut andil. Saat tubuh kekurangan oksigen, aliran darah menuju otak jadi berkurang.
Hal itu membuat seseorang kehilangan fokus. Hal itulah yang menyebabkan orang mengalami halusinasi.
Mengalami gejala psikosis dan penyakit ketinggian saat mendaki harus segera diatasi. Hal itu untuk mencegah risiko kecelakaan.
Pasalnya, penyakit ini dapat menyebabkan seseorang berperilaku aneh dan melakukan hal-hal yang berbahaya.
Sebagai contoh, psikosis bisa membuat pendaki merasa mendengar suara yang menyuruh untuk keluar dari jalur pendakian sehingga akhirnya tersesat di gunung.
Dalam kasus yang paling parah, ada pula pendaki gunung yang merasa terpanggil untuk melompat ke bawah agar lebih cepat sampai ke posisi semula.
Meski demikian, gejala halusinasi ini biasanya akan berkurang setelah para pendaki mulai turun gunung. Ketika mulai menuruni gunung, pendaki akan mendapatkan lebih banyak oksigen untuk bernapas. Akibatnya, tingkat kesadaran akan berangsur-angsur kembali normal.
Untuk mencegah gejala penyakit ketinggian, pastikan kamu sudah menyiapkan perbekalan yang cukup sebelum naik gunung.
Jika kamu mulai merasakan pusing atau hilang fokus, istirahatlah sejenak dan segera minum air putih yang banyak.
Hal itu dapat membantu memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dan menurunkan risiko halusinasi sesaat yang mungkin terjadi.