Jejak Langkah dan Warisan Raja Pertama Yogyakarta
- Dok/keratonjogja.go.id
Pada 1746, ketika mengangkat senjata melawan VOC, Pangeran Mangkubumi memiliki prajurit sebanyak 3.000 orang.
Satu tahun berselang, jumlah prajuritnya pun meningkat pesat sebanyak 13.000 prajurit, di mana di antaranya terdapat 2.500 prajurit berkuda. Pangeran Mangkubumi bersama dengan 13.000 pengikutnya pun memulai pertempuran melawan VOC.
Pertempuran ini terjadi di dua tempat, yaitu Demak dan Grobogan, yang diakhiri dengan kemenangan Mangkubumi. Akhir tahun 1749, Pakubuwana II mengalami sakit parah. Ia pun menyerahkan kedaulatan negara secara penuh kepada VOC sebagai pelindung Surakarta pada 11 Desember.
Sementara itu, Mangkubumi telah mengangkat dirinya sendiri sebagai raja bergelar Pakubuwana III tanggal 12 Desember di markasnya, sedangkan VOC mengangkat putra Pakubuwana II, Raden Mas Soerjadi sebagai Pakubuwana III pada 15 September. Dengan demikian, maka ada dua orang Pakubuwana yang bergelar Pakubuwana III.
RM Soerjadi disebut Susuhunan Surakarta, sedangkan Mangkubumi disebut sebagai Susuhunan Kabanaran, karena bermarkas di Desa Banaran daerah Sukowati, Kabupaten Sragen.
Pada tahun 1751, pertempuran kembali berlanjut di tepi Sungai Bogowonto, di mana Mangkubumi berhasil mengalahkan VOC yang dipimpin Kapten de Clerk.
Perjanjian Giyanti tahun 1752, Mangkubumi dengan Raden Mas Said mengalami perselisihan. Perselisihan ini berfokus pada keunggulan supremasi tunggal atas Mataram yang tidak terbagi.