Kak Seto Ungkap Penyebab Maraknya Kasus Bullying, Ayah Bunda Wajib Simak!

Pendiri HSKS, Seto Mulyadi alias Kak Seto
Sumber :
  • siap.viva.co.id

Siap – Pemerhati anak Indonesia, Prof Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto menilai, maraknya kasus bullying atau perundungan yang belakangan terjadi lebih disebabkan banyak faktor. 

Kisah Pilu Budi, Pelajar Depok yang Masuk RSJ Gegara Dibully Teman Sekolah

Namun, menurut dia pangkal masalahnya adalah karena sistem pendidikan tidak mengembalikan pada isi pendidikan yang paling utama. 

"Isi pendidikan kita yang ditegaskan Kemendikbudristek nomor satu adalah etika, ini yang sering dilupakan," katanya saat menghadiri acara Lepas Kenang Homeschooling Kak Seto di Kota Depok pada Kamis, 20 Juni 2024.

Kasus Bullying di SMA Binus Simprug, Korban Mengaku Dianiaya dan Dilecehkan Anak Pejabat

Kondisi ini, ujar dia, semakin kompleks lantaran banyak pihak yang menilai anak pintar adalah mereka yang berprestasi di bidang akademik. 

Padahal menurut Kak Seto, hal utama yang perlu ditekankan adalah tingkah laku atau etika. Kemudian estetika, yakni keindahan dalam bertutur kata. 

Fakta Mengerikan di Balik Video Bullying SMA Binus Simprug: Korbannya Digiring ke Toilet

"Barulah setelah itu ilmu pengetahuan dan teknologi, dan jiwa nasionalisme agar bangga sebagai anak Indonesia."

Selanjutnya yang tak kalah penting, adalah kesehatan.

"Kesehatan itu termasuk kesehatan mental, tidak baper, tidak mudah emosi, dendam iri, dengki dan sebagainya," jelas dia.

Atas dasar itu pula lah, pria kelahiran 28 Agustus 1951 ini kemudian mendirikan Homeschooling Kak Seto atau HSKS sejak tahun 2007 silam. 

Ini merupakan lembaga pendidikan alternatif yang menjadi salah satu solusi pendidikan bagi anak-anak Indonesia baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri. 

Sosok yang juga dikenal sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu menilai, bahwa pendidikan ini yang paling utama the real education adalah informal education. 

"Jadi pendidikan sejati yang sebenarnya justru pendidikan informal dalam keluarga," ujarnya. 

HSKS, kata Kak Seto, dibangun untuk memberi kesempatan pada keluarga agar dapat berperan serta aktif mendidik putra putrinya dengan bantuan para guru yang kemudian juga mendapatkan pengarahan dan sebagainya.

Seperti, harus ramah anak, harus menjadi sahabat anak. Sehingga nilai persahabatan itu akrab, layaknya kakak adik. 

"Nah ini ternyata membangun satu sinergi yang sangat kuat antara siswa, kemudian guru dan orang tua, inilah yang selalu kita ajarkan," katanya. 

Kak Seto menyebut, selain mengedepankan etika, ada beberapa keunggulan lainnya yang diterapkan HSKS dibanding sekolah umum.

"Intinya kami membalik, bukan wajib belajar tapi hak belajar anak yang harus dipenuhi. Bahwa semua anak senang belajar, tapi belajar itu jangan penuh kekerasan, tekanan, seolah-olah berat," tuturnya.

"Belajar itu adalah bagian yang harusnya membuat anak menikmati dan jangan dibanding-bandingkan, tidak menghargai perbedaan tiap anak," sambungnya.

Kak Seto lantas memberi contoh, bahwa di Indonesia itu ada lima Rudi yang hebat dengan bidangnya masing-masing. 

Mereka adalah Rudi Habibie, Rudi Hartono, Rudi Salam, Rudi Khoerudin dan Rudi Hadisuwarno.

"Intinya mereka jenius di bidangnya masing-masing. Jadi jangan ada anak rendah diri, itu saja." 

Sementara itu, Ustadz Erick Yusuf, salah satu perwakilan orang tua siswa HSKS mengaku bersyukur dengan kehadiran sekolah tersebut.

"Alhamdulillah, ini menurut saya sekolah pilihan, karena sesuai visi saya juga, mengedepankan karakter dan itu sesuai tuntunan agama," katanya.

"Jadi yang namanya adab mendahului ilmu. Nah ketika di sini dikedepankan akhlak itu saya senang sekali," sambungnya. 

Terlebih, kata Erick, metode belajar yang diterapkan HSKS tidak membani para siswa.

"Konsep sekolah ini membuat anak-anak saya punya waktu luang untuk eksplore pelajaran yang lain. Alhamdulillah anak saya yang pertama itu melanjutkan ke Kairo, Al Azhar karena banyak waktu luang untuk mempelajari hal-hal lain," tuturnya.