Mengenal KH Abdul Halim, Ulama Moderat asal Majalengka yang Dicinta Rakyat
- Istimewa
Pada 16 Mei 1916, Abdul Halim secara resmi mendirikan lembaga pendidikan baru yang ia beri nama Jam’iyah al-I’anat al-Muta’alimin atau Perkumpulan Pertolongan untuk pelajar.
Setahun kemudian, Ketua Sarekat Islam, HOS Tjokroaminoto memberi dukungan terhadap lembaga pendidikan tersebut, yang akhirnya dikembangkan dan diubah namanya menjadi Persjarikatan Oelama atau Perserikatan Ulama.
Perserikatan tersebut berkembang pesat di Majalengka, lalu ke luar Jawa. Abdul Halim juga bergabung dengan Sarekat Islam. Meski aktif dalam berbagai organisasi itu, Abdul Halim tetap mencurahkan perhatiannya untuk memajukan di bidang pendidikan.
Abdul Halim menjadi salah satu anggota Chuo Sangi In. Dia pun berupaya mengaktifkan kembali Persjarikatan Oelama.
Akhirnya, pada 1 Februari 1943, permohonannya dikabulkan. Namun, namanya menjadi Perikatan Oemat Islam dan Abdul Halim menjadi ketuanya.
Kelak, pada tahun 1952, POI mengadakan fusi dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) yang didirikan oleh KH Ahmad Sanusi menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) dan Abdul Halim diangkat sebagai ketuanya. Berdasarkan data nu.or.id, Abdul Halim merupakan satu-satunya pendiri organisasi Nadhlatul Ulama (NU) dari Jawa Barat.
Pada masa pendudukan Jepang Abdul Halim yang awalnya kooperatif dengan Jepang, mulai menunjukkan 'perlawanan'.