Mengenal KH Abdul Halim, Ulama Moderat asal Majalengka yang Dicinta Rakyat
- Istimewa
Setahun kemudian, setelah lembaga pendidikannya berkembang, Abdul Halim mendirikan sebuah organisasi yang bernama Hayatul Qulub yang berarti Kehidupan Hati. Majelis Ilmi menjadi bagian di dalamnya.
Hayatul Qulub (Hayat al-Qulub) tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, melainkan juga masuk bidang perekonomian.
Hal ini disebabkan Abdul Halim ingin memajukan lapangan pendidikan sekaligus perdagangan. Maka, anggota organisasinya bukan saja dari kalangan santri, guru, dan kiai, tetapi juga para petani dan pedagang.
Namun, organisasi yang bergerak di bidang perdagangan banyak mempunyai saingan, khususnya dengan pedagang China yang pada masa itu cenderung lebih berhasil di bidang perdagangan.
Sebab, Pemerintah Hindia Belanda lebih banyak membela kepentingan pedagang-pedagang China yang diberi status hukum lebih kuat dibanding kelompok pribumi.
Persaingan tersebut memuncak ketika Pemerintah Hindia Belanda menuduh organisasi Hayatul Qulub sebagai biang kerusuhan dalam peristiwa penyerangan toko-toko milik orang China yang terjadi di Majalengka pada tahun 1915.
Akibatnya, Pemerintah Hindia Belanda membubarkan Hayatul Qulub dan melarang meneruskan segala kegiatannya. Setelah organisasi itu dibubarkan, Abdul Halim memutuskan kembali ke Majelis Ilmi untuk tetap menjaga kepentingan perjuangan Islam, terutama dalam bidang pendidikan.