Melongok Pengembangan Ekosistem Digital di SMA Regina Pacis Solo
- Istimewa
Selain itu, mereka harus memaparkan sebuah ide produk digital berbasis kecerdasan buatan. Ardiyan dan kawan-kawan menuntaskan babak demi babak dengan optimal.
“Kelompok yang mampu membuat program paling mendekati perfect ya anak-anak SMA dari Solo itu,” sebuah kalimat pujian dari dewan juri asal Korea Selatan.
Menurutnya, lomba perdana mereka ini memiliki banyak manfaat. Pertama, sebagai ajang meningkatkan kompetensi sekaligus melatih kepercayaan diri. Dalam lomba Robopark tersebut persaingan berlangsung dengan ketat, terutama ketika mereka harus berhadapan dengan peserta mahasiswa.
Meski demikian, kompetisi tersebut mampu membukakan mata seraya mengasah motivasi belajar mereka. Kedua, sebagai momentum memperluas jejaring. Kesempatan bertemu dengan orang-orang profesional kelas mancanegara dimanfaatkan Paksi dan kawan-kawan.
Diskusi dan diplomasi intens mereka inisiasi dalam rangka pengembangan ekosistem pembelajaran teknologi di sekolah, termasuk salah satunya undangan lawatan Robotis Korea Selatan ke Kampus Regina Pacis Surakarta.
Inisiasi ini disambut positif, baik dari pihak Robotis maupun sekolah.
U-Tech adalah sebuah investasi awal dalam mewujudkan proses pembelajaran digital yang berkelanjutan. Terkait rencana pengembangan ke depan, pembina U-Tech sekaligus Wakil Kepala SMA Regina Pacis Bidang Sarana Prasarana, Usep Duwi Santoso memberikan gambaran.
Sekolah ingin adanya kontinuitas, dalam artian tidak hanya saat kita IL saja, maka dibentuklah U-Tech ini sebagai wadah. Selain wadah, mereka juga dipersiapkan menjadi tutor sebaya untuk IL berikutnya.
"Dalam waktu dekat, mereka akan membuat program untuk mengasah kompetensi anggota sesuai divisi. Sasaran divisi robotik akan belajar leanbot, kemudian 3D printing baru akan belajar design, dan divisi metaverse mereka sudah sewa Minecraft untuk servernya.”
Selain dalam jangka waktu dekat yang meliputi pelatihan dan pengembangan talenta anggota, Usep juga telah menyimpan visi yang jauh ke depan. Dalam 5-15 tahun ke depan, ia bermimpi untuk membuat produk autonomous machine learning berbasis artificial intelligence di Kampus Regina Pacis.
Bentuknya dapat berupa mesin penyiram otomatis, mesin perpustakaan otomatis, atau produk autonomous lain. U-Tech hadir sebagai upaya dalam rangka membangun ekosistem demi tujuan-tujuan praktis tersebut.
Usep menilai bahwa keberlanjutan adalah napas penting dalam mewujudkan mimpi-mimpi besar digitalisasi sekolah.
Dalam kesempatan wawancara bersama Usep, penulis menanyakan dua stereotip krusial terkait berdirinya U-Tech.
Pertama, sebagai sebuah komunitas berbasis teknologi, muncul anggapan bahwa U-Tech amat eksklusif bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial tinggi dan siap mengeluarkan dana besar. Usep menanggapinya dengan santai.