UP Membara, Eks Rektor hingga Mahasiswa Kompak Lawan Bos Yayasan: Jangan Semena-mena
- Istimewa
"Kemudian kami di sini ngitung kan kenaikan gajinya berapa? Akhirnya ketemu lah naik gaji Rp 400 ribu. Saya sampaikan ke yayasan, sampai sekarang nggak ada jawabannya, nggak dijawab setuju atau tidak," ujarnya.
"Kan saya itu kasihan ke orang-orang kecil kaya OB, cleaning service itu kan, gajinya di bawah UMR, ongkos kesini jauh," sambung dia.
"Belum lagi dosen. Dosen itu jangan dikira ini loh, kasian itu dosen. Tanya dosen baru masuk di sini di bawah UMR jauh, kan dzolim itu, padahal kita pake nama Pancasila," timpalnya lagi.
Hal tersebutlah yang membuat Marsudi merasa perlu untuk memperjuangkan nasib pegawai.
"Nah itu salah satu yang saya perjuangkan tapi nggak ada kaitannya dengan kekerasan seksual tadi."
Sebab, ia merasa punya janji yang harus diselesaikan ketika kali pertama menjadi rektor di Universitas Pancasila (UP).
"ketika saya jadi rektor saya sampaikan pada seluruh dosen karyawan, pertama saya harus perbaiki kesejahteraan dengan cara mengikuti minimal sesuai dengan undang undang dulu, mungkin belum bisa lebih tapi sesuai undang undang dulu," jelasnya.
"Kampus ini mahasiswanya kita ini ada sekitar 10 ribu-an ya, 12 ribu ya.
Uang kuliahnya rata-rata kalau kita buat Rp 30 juta. Jadi kita punya uang sekira Rp 300 miliar, kemana uang itu?" tuturnya.
Lawan Kedzaliman
Alumni ITB ini mengaku siap dengan segala risiko yang ia hadapi ketika melawan yayasan kampus besar tersebut.
"Saya ini sudah berapa kali jadi rektor ya, jadi bagi saya ini perjuangan ini saya nothing to lose, saya kalah nggak rugi apa-apa saya, tapi kalau saya menang saya bisa perbaiki kampus," tegasnya.