Aktivis: Bahaya Penyebaran Paham Khilafah Pasca Dinamika Pilkada 2024

Aktivis kabupaten Ketapang Anton Hermawan
Sumber :
  • Ngadri/siap.viva.co.id

BPDAS Kapuas Gelar Rakor RHL Fulo Net Sink di Hotel Alimoer

SIAP VIVA - Pencabutan status badan hukum bagi organisasi kemasyarakatan (ormas) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ternyata tidak cukup efektif membendung pergerakan kelompok radikal. Walaupun perkara hukumnya sudah diputuskan, nyatanya ideologi HTI yang mendorong adanya pendirian negara Islam masih dengan mudah ditemukan di ruang publik.

Aktivis kabupaten Ketapang Anton Hermawan  menjelaskan, eksistensi HTI belum sepenuhnya hilang. Alasannya, selain karena pemikiran dan cita-cita khilafah yang sudah mengakar, tersedianya internet dan media sosial menjadi ladang subur bagi pergerakan HTI. Beda halnya dengan keputusan hukum yang sifatnya konkret, militansi kader HTI yang terbentuk dari ideologinya sangat sulit untuk dihilangkan.

Tragis, Pengunjung Objek Wisata Air Terjun Siling Beroban Ditemukan Tewas

Pemikiran inilah yang mampu bertahan walaupun penggagas awalnya sudah lebih dulu tutup usia. Ideologi tidak sama dengan manusia, ia tidak bisa dihalangi oleh tempat atau waktu, dan karena itu ideologi memiliki resistensi tinggi untuk mempertahankan kehadirannya, serta mampu menyebar dari seseorang ke yang lainnya.

"Ideologi khilafah digelorakan oleh HTI, seolah mampu menjawab persoalan yang ada di Indonesia. Sama dengan ideologi lain pada umumnya, khilafah secara pemikiran tidak akan bisa benar-benar hilang. Taqiyuddin An-Nabhani sebagai penggagas ideologi ini memang sudah wafat, tapi pemikirannya masih bisa kita temukan dan bahkan mampu mempengaruhi generasi muda Indonesia," kata Anton melalui keterangan tertulisnya yang diterima Viva.co.id pada Rabu, 4 Desember 2024.

Polda Kalbar Minta Warga Jaga Situasi Kondusif Selama Proses Rekapitulasi Suara Pilkada 2024

HTI sebagai suatu pergerakan juga memiliki proses penggalangan atau pendekatan terhadap lapisan masyarakat tertentu, khususnya generasi muda. Ini dilakukan untuk memastikan ideologi khilafah akan terus bertahan walau zaman berganti. Proses penggalangan ini biasanya diawali dengan mengemukakan narasi yang sedang trending sesuai dengan waktunya.

Misalnya, ketika nilai tukar rupiah menurun, HTI dan jaringannya akan melempar propaganda bahwa Indonesia gagal secara ekonomi. Ujungnya pun sudah bisa ditebak, mereka akan menjual khilafah sebagai solusi universal seluruh permasalahan Indonesia. Simplifikasi ini hanyalah gambaran semata, yang suka atau tidak, ternyata efektif menarik animo sebagian masyarakat untuk bergabung dengan perjuangan HTI.

Halaman Selanjutnya
img_title