Beda dengan Jepang, Indonesia Belum Punya Alat Pendeteksi Dioksin: Insenerator Jadi Ancaman

Ilustrasi sampah Depok. Chandra kritik penggunaan insenerator
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Penggunaan mesin insenerator yang digadang-gadang kubu petahana Depok sebagai upaya mengurai sampah menuai kontroversi banyak pihak. Selain dinilai tidak efektif, dampak yang ditimbulkan pun dianggap terlalu berbahaya. 

Menguak Sengkarut Proyek Mangkrak Metro Stater di Balik 'Upeti' Penguasa Depok

Adapun wacana tersebut digagas oleh pasangan calon (paslon) kepala daerah untuk Kota Depok, Budi Hartono (IBH) dan Ririn Farabi yang diusung oleh PKS-Golkar.  

Hal ini terungkap saat paslon 01 itu menyampaikan ide tersebut dalam debat terbuka dengan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok nomor urut 02, Supian Suri-Chandra Rahmansyah, beberapa hari lalu.  

Melongok Damainya Natal di Gereja Rock Home Depok, Berbagi Kasih hingga ke TPA Cipayung

Pada debat tersebut, Supian-Chandra menentang keras penggunaan mesin itu.

Keduanya menilai, selain tidak efektif dan menelan anggaran yang tak sedikit, pengunaan insenerator juga dikhawatirkan dapat berdampak buruk bagi kesehatan. 

Ketika TNI dan Petani Berhasil Sulap Lahan Tidur Depok Jadi Benteng Inflasi Pangan

Chandra juga menerangkan, bahwa di negara maju, di kawasan Asia Pasifik, pengguna insenerator itu ada di Jepang dan Singapura paling besar. 

"Dan rata-rata mereka sudah pada pakai air pollution control, yang mana harganya ini sangat mahal," tuturnya.

"Jadi enggak bisa hanya insenerator tok. Ke-dua, mereka dikoneksikan dengan berbagai sistem. Dan saat ini di dunia, ini baru yang paling canggih digunakan ini insenerator generasi ke tiga, yang mana ini masih menghasilkan dioksin," bebernya. 

Halaman Selanjutnya
img_title