Bikin Merinding, Menguak Misteri Pusaka Bumi di Situs Beji
- Istimewa
Siap – Matahari begitu lembut menyiram bumi dengan binarnya, seolah ikut riang menatap aktivitas manusia siang ini.
Semilir angin pun begitu riuh membelai wajah dan tubuh. Pada tiap anak tangga yang sedikit berlumut, desik dedaunan seolah menggiring pikiran jauh mundur beberapa abad silam.
Ya! Cuaca siang ini sangat cerah. Dinding langit yang tidak terlalu terang, menuntun tim siap.viva.co.id menuju tempat yang sarat sejarah dan kaya akan beberapa peninggalannya yang terus terjaga.
Dikelilingi oleh pepohonan besar berusia ratusan tahun dengan akar-akarnya yang sebesar paha orang dewasa, sontak mulai menggoda benang-benang keberanian dan asa yang sempat dirajut.
Semakin menaiki anak tangga, suara genit cengkerik jantan nampak terdengar jelas.
Entah suara itu merupakan bujuk rayunya terhadap cengkerik betina atau suara untuk menertawakan keberanian kami yang kadung goyang.
Tak salah jika orang sekitar menganggap tempat itu merupakan keramat dan penuh dengan keangkeran, Patilasan Eyang Raden Mbah Wujud Beji.
Meski hanya menaiki beberapa anak tangga, tetap saja napas mendengus tak teratur, landur pun mulai terasa saat kami telah tiba di sebuah bangunan yang dituju.
"Sudah lama tidak terlihat," sapa Sang Juru Kunci Patilasan Eyang Raden Mbah Wujud Beji Martono kepada siap.viva.co.id di Jalan Keramat Beji, Depok Utara, Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Seperti biasa, sambutan hangat diberikan Martono kepada siapa pun pengunjung atau peziarah yang menyambangi tempat tersebut. Apalagi, bagi mereka yang sudah dikenal oleh Martono.
Meski hanya segelas kopi hangat, suasana kekeluargaan begitu terasa saat duduk bersejajar dengan Martono.
Selang beberapa menit kemudian, "Ambil wudu dulu di sumur. Setelah itu, kita masuk ke ruangan benda pusaka," ucap Martono.
Menariknya, selain tersedia bangunan atau pendopo tempat penyimpanan benda pusaka, di situs tersebut juga terdapat tiga dari tujuh sumur yang dikeramatkan.
Adapun lokasi sumur tersebut, berada di bawah situs patilasan, ada dalam komplek Masjid Nurul Salam, Beji, Depok.
Kembali menuruni anak tangga dengan situasi yang sama. Setelah berjalan beberapa langkah, selanjutnya kita akan kembali terenyak akan kesunyian sumur keramat itu.
Dalam bangunan yang sederhana, gemercik air begitu menggema.
Sisa-sisa kembang tujuh rupa menghiasi sumur keramat itu.
Aroma wewangian pun menyeruak ke dalam rongga penciuman yang tak ayal kembali membuat bulu kuduk merinding.
Setelah usai berwudu, kami pun kembali lagi menuju pendopo situs.
Melangkah dengan penuh kerendahan diri, kami pun sampai pada sebuah tempat di mana benda-benda pusaka tersebut diletakkan serta dipelihara.
Seperti menjadi kebiasaan, aroma kemenyan dan asap dupa mengepul di sekitar ruangan. Dan lagi, membuat bulu kuduk kami sedikit naik.
"Ini semua adalah Pusaka Bumi. Benda-benda pusaka yang ada di dalam perut bumi. Kalau dari cerita orang tua, semua ini milik leluhur yang sengaja ditinggalkan di sini," katanya.
Dan anehnya, semua benda pusaka tersebut, terkadang hilang secara misterius pada hari tertentu dan akan kembali lagi setelah beberapa hari menghilang.
Pusaka-pusaka Patilasan Beji pun, banyak dikenal oleh kalangan spiritual dan supranatural Nusantara.
Bahkan, tidak sedikit dari para praktisi supranatural yang hendak 'menarik' (mengambil paksa) pusaka dari dalam perut bumi.
"Ya, ga bisa, toh. Barang ini, kan, bukan miliknya. Sering yang mau coba jajal ilmu. Ingat, di atas langit masih ada langit. Ini semua bisa kita miliki atas kehendak Gusti Allah. Kalau memaksakan, bisa kerasukan seperti yang pernah terjadi," tambahnya.
Meski berlimpah benda pusaka, Martono mengaku tidak pernah kesulitan merawat.
"Mbah, ngga terlalu pusing mikirin perawatan. Mungkin yang rutin, ketika malam Satu Suro, ada ritual memandikan benda pusaka," tandasnya.