Terpopuler: Isi Chat Pegi Terkuak, Rhoma Irama Bahas Nasab Gus Baha Angkat Bicara

Kolase terpopuler
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Berita tentang isi chat Pegi Setiawan terkuak membuat merinding dan Rhoma Irama ragukan soal nasab habaib di Indonesia, Gus Baha sebut penyanyi dangdut tidak layak berdakwah menjadi sorotan publik.

Begini Respon Habib Bahar Ketika Dinyinyirin Guru Gembul

Kedua artikel tersebut, menempati urutan teratas sebagai berita terpopuler siap.viva.co.id. Seperti apa ulasannya? Silakan disimak.

Penyidikan terhadap Pegi Setiawan seorang kuli bangunan yang kini menjadi tersangka kasus Vina Cirebon meski menuai polemik lantaran diduga bukan Pegi alias Perong sebenarnya terus bergulir.

Sebelum Meninggal Hapalkan Surah Ini, Gus Baha' Sebut Bisa Selamat Siksa Kubur

Kekinian, publik kembali dikagetkan dengan kemunculan isi chat Pegi Setiawan dengan temannya yang bernama Dede.

Sontak, kabar yang beredar luas itupun kembali menjadi sorotan publik lantaran dalam perbincangan Pegi Setiawan dengan Dede tersebut terungkap bahwa Pegi tak mengetahui dirinya dituding sebagai otak pelaku pembunuhan kasus Vina Cirebon dan Eki di Jembatan Talun Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu 27 Agustus 2016.

Update Kasus Vina Cirebon, Sudirman Bongkar Kejadian Asli di Tahanan, Disiram Air Panas?

Chat tersebut diketahui saat Pegi Setiawan berada di Bandung dan mengaku takut pulang ke Cirebon untuk tebus motor di polisi.

Dalam chat yang dikirim ke Dede temannya, Pegi takut pulang karena motornya ditahan polisi. Pegi mengira jika dirinya hanya terlibat masalah karena diduga anggota geng motor.

Chat Pegi dan Dede yang mulai terjadi dari 29 Juli 2016 silam berisi curhatan Pegi soal keberadaannya.

Selain heboh isi chat Pegi terkuak, artikel Rhoma Irama dan Gus Baha pun mendapat sorotan publik sehingga menjadi terpopuler.

Polemik nasab habaib terus menjadi sorotan publik, bahkan Raja Dangdut Rhoma Irama turut buka suara.

Dalam satu podcast bersama KH Anas Kurdi, Rhoma Irama berbagi pengalaman saat mengisi ceramah bersama seorang habib.

Menurut Rhoma, habib tersebut agak aneh dan nyeleneh. Ia mengatakan, habib asal Betawi itu mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Islam.

"Habib ini berpidato, saya waktu itu sebagai penceramah kedua, Ustaz (Anas Kurdi). Dia cerita, saya kaget-kaget ini di antara yang masih saya ingat, hei itu kalau ada anak habib, walaupun dia mabuk-mabukan, walaupun dia penzina, pencuri, penjudi, jangan kata ape-ape. Ini habib Betawi nih, jangan kata apa-apa, dia itu keturunan nabi, jangan disakiti, jangan diomelin, biarin aja, dia itu ahli surga, gitu kan?" ucap Rhoma Irama kepada KH Anas Kurdi seperti dikutip siap.viva.co.id, Rabu, 19 Juni 2024.

Dia pun mengaku heran, mengapa bisa seorang habib ceramah di depan jamaah mengajarkan maksiat dalam Islam tidak apa-apa. 

"Saya terhenyak, mendengar itu, apa begitu Islam? (Bicara) dalam hati ya," kata Rhoma.

Tanggapan Gus Baha

Ahli Tafsir Alquran asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha beberapa kali kerap berdakwah bersama para habaib.

Gus Baha bahkan sangat menaruh hormat kepada para habaib sebagaimana gurunya KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

Dalam suatu kesempatan, Gus Baha juga sempat singgung soal penyanyi dangdut lelaki yang juga suka berdakwah.

"Itu kiai fatwanya lucu, kalau kamu datangi dia pas main dangdut masih saya beri izin. Tapi kalau datangi dia pas pengajian itu tak larang," ucap Gus Baha.

Gus Baha pun melanjutkan, santri tersebut akhirnya menjadi isykal atau janggal. 

"Pas ngaji dilarang, tapi pas dangdutan malah dapat izin. Bukan berarti (dangdutan) halal, ya. (Hanya) dapat izin," katanya.

"Suatu saat si santri ini (setengah wali) lama-lama memahami gurunya. Ternyata sirri (rahasia yang tersembunyi)-nya begini, kalau seorang penyanyi yang tidak pernah ngaji kemudian ngomong agama potensinya itu sesat dan menyesatkan," tambahnya. 

Gus Baha juga mengatakan, hal tersebut akhirnya menjadi masuk dalam hukum fikih Islam.

"Sehingga itu menjadi fikih. Bahaya terbesar dalam fikih adalah mengkaji fikih tidak dari ahlinya," tandasnya.