Saingi China, UP Dorong Lulusannya Jadi Pengusaha, Siswono: Saya Optimis di Tahun 2045

Wisudawan Universitas Pancasila atau UP
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Universitas Pancasila atau UP, baru saja melantik sebanyak 837 sarjana di Gedung Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta pada Selasa, 21 Mei 2024.  

Cetak 896 Sarjana, Universitas Pancasila Dorong Wisudawan Kuasai AI

Dalam pidatonya, Rektor UP Prof Marsudi Wahyu Kisworo berharap, lulusan Universitas Pancasila harus menjadi human excellence, menjadi prima interpares sehingga mampu memegang estafet kepemimpinan yang memiliki karakter nilai-nilai luhur Pancasila.

"Serta adaptif, produktif, inovatif, dan kontributif," katanya. 

Bahas Perpres, Guru Besar UP Dorong Kebijakan Hutan yang Pro Rakyat

Hal itu sejalan dengan penjelasan yang dipaparkan oleh Ketua Pembina Yayasan Universitas Pancasila, Dr Siswono Yudo Husodo

Menurutnya, persaingan di dunia yang telah menjadi the borderless world ini tidak hanya sebatas di dalam negeri, tetapi juga lintas negara. 

UP Membara, Eks Rektor hingga Mahasiswa Kompak Lawan Bos Yayasan: Jangan Semena-mena

"Dunia meramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke-4 di tahun 2050, di bawah China, India dan AS," katanya. 

Siswono mengatakan, Indonesia memiliki faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yaitu, besarnya PDB yang diatas 1 triliun dollar AS. Bahkan, di kawasan Asia Tenggara, hanya Indonesia yang memiliki faktor ini. 

"Negara kita sekarang ada di ranking 15 dunia dari segi PDB. Semua studi empirik menunjukkan bahwa suatu negara yang telah mencapai angka PDB diatas 1 triliun dollar AS  memiliki dorongan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat," ujarnya. 

"Saya optimis pada tahun 2045, negara Indonesia akan meraih kejayaannya dan menjadi negara maju yang penting dalam konstalasi ekonomi global," sambung dia. 

Karena itulah, mantan Menteri Perumahan Rakyat era Soeharto itu menekankan, agar generasi muda harus siap, memiliki achievement motivation, dan semangat kerja untuk terus menerus melakukan inovasi dalam berkarya.

"Kita berharap mereka akan ikut terlibat aktif dalam pembangunan negara ini, dalam menyongsong kejayaan negara kita yang diprediksikan pada tahun 2045 nanti," tuturnya. 

Siswono juga berpendapat, kebijakan pemerintah dalam melakukan hilirisasi sudah sangat tepat.

"Ada salah satu syarat utama untuk menuju ke sana (Indonesia maju). Tidak mungkin Indonesia menjadi negara maju kalau kita tetap sebagai negara pengekspor bahan mentah yang murah, tidak mungkin. Kita harus menjadi finish produk untuk kebutuhan dunia," tegasnya. 

Tantangan Gen Z

Sementara itu, mantan Wakil Menteri Keuangan era SBY, Prof Bambang P.S Brodjonegoro dalam orasi ilmiahnya dihadapan para wisudawan UP mengatakan, bonus demografi ini harus bisa dimaksimalkan untuk kemajuan bangsa. 

"Intinya mereka (generasi muda) ini adalah bagian dari yang namanya bonus demografi atau demografi dividen yang Indonesia sedang alami dan menikmati dari tahun 2015 sampai 2040 nanti," tuturnya.

Bambang menjelaskan, sejarah menjadi negara maju seperti Korea, Jepang dan China terjadi ketika suatu negara sedang mengalami bonus demografi. 

"Kalau suatu negara berhasil mengelola bonus demografinya, artinya bisa mentransformasi perekonomiannya jadi lebih produktif, lebih berdaya saing dengan basis pada sektor yang sifatnya pengolahan, atau penciptaan nilai tambah maka mereka punya peluang besar menjadi negara maju," kata dia. 

Sebaliknya, kegagalan beberapa negara yang mengelola bonus demografi akan membuat negara itu terjebak sebagai negara berpendapatan kelas menengah. 

"Karenanya dalam orasi ilmiah yang barusan saya sampaikan, saya menekankan pentingnya para lulusan hari ini lebih adaptif terhadap apa yang terjadi pada hari ini," ucap dia.

"Mungkin nasehat orang tua tetap penting, tapi yang lebih penting adalah kemampuan mereka beradaptasi dengan kondisi saat ini," sambungnya.

 

Universitas Pancasila atau UP

Photo :
  • siap.viva.co.id

 

Prof Bambang menyebut, generasi saat ini memiliki tiga tantangan besar. 

"Satu, mereka ada adalah generasi yang pernah mengalami beratnya ekonomi akibat Covid." 

Kemudian yang kedua mereka harus selalu berhadapan dengan potensi bencana alam yang muncul sebagai akibat perubahan iklim. 

"Apalagi di Indonesia yang intensitas bencana berbasis air itu tingkatannya makin tinggi, makin sering terjadi," ujarnya. 

Lalu yang ketiga, mereka menjadi generasi yang harus berhadapan dengan revolusi industri dengan tingkat perubahan begitu cepat dibanding revolusi- revolusi industri sebelumnya. 

"Misal, ketika baru belajar komputer, tahu-tahu mereka harus adaptif terhadap dunia digital. Ketika menguasai digital tahu-tahu harus mempersiapkan menghadapi kecerdasan AI yang mungkin akan mendominasi dunia beberapa tahun kedepan."

"Nah berhadapan dengan tantangan ini mau tidak mau generasi saat ini harus lebih tahan banting, tapi sekaligus juga harus cepat beradaptasi," sambungnya. 

Menurut Prof Bambang, yang namanya distrupsi akan selalu terjadi, selalu menjadi bagian dari hidup. 

"Karenanya bagian terakhir bahwa masa depan mereka tidak hanya menjadi pekerja atau profesional yang baik, tapi juga menjadi wirausaha atau menjadi pengusaha," tuturnya. 

Dirinya berpendapat, kurangnya pengusaha muda membuat Indonesia ketinggalan dibandingkan Korea, Jepang Cina. 

"Kita sangat kurang yang namanya wirausaha atau entrepreneurship dan menurut saya yang baik adalah yang seperti mereka itu (Jepang, Korea dan China)." 

Karena itulah, ia berharap para wisudawan UP hari ini nantinya bisa jadi cikal bakal pengusaha yang akan membawa Indonesia menjadi negara maju. 

"Seperti yang bisa anda lihat di Jepang, Korea, dan China itu bukan pemerintahnya yang bikin negara maju, tapi dunia usaha," ujarnya.