Ketika Fredy Budiman Jadi Imam Shalat Ashar Sebelum Dieksekusi di Lapas Nusakambangan
- Tangkapan layar YouTube RJL 5 - Fajar Aditya
Siap – Ustadz Hasan Makarim, adalah salah satu ulama yang dipercaya lebih dari 30 tahun, untuk memberi bimbingan rohani para napi Muslim di Lapas Nusakambangan, termasuk Fredy Budiman.
Selama puluhan tahun ikut mendampingi para napi yang dieksekusi mati, Ustadz Hasan pun memiliki sederet kisah yang bikin hati bergetar.
Salah satunya ketika mendampingi Fredy Budiman, saat detik-detik hari terakhirnya sebelum ditembak mati di area Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Lantas seperti apa awal pertemuan Ustadz Hasan dengan mantan gembong narkoba tersebut?
Disitat dari tayangan YouTube RJL 5 - Fajar Aditya, Ustadz Hasan dan Fredy Budiman tidak saling mengenal.
"Nah beliau (Fredy) ini minta ke kalapas ingin jumpa dengan saya. Waktu itu dia ada di blok khusus, di ruang khusus tidak boleh bertemu dengan napi lain atau juga petugas tertentu," katanya.
Bahkan untuk dipertemukan dengan Fredy Budiman, Ustadz Hasan wajib dikawal beberapa petugas ke blok khusus.
"Dan kita tidak ada sentuhan fisik, ada tiga lapis pintu. Dia (Fredy Budiman) menyapa dengan mengatakan assalamualaikum. Saya jawab waalaikumsalam. Terus dia bilang, saya ingin bertobat di sini di Nusakambangan itu kalimat yang pertama saya terima dari dia," tutur Ustadz Hasan.
"Saya jawab kapan lagi, anda ini kan pidana maksimal, segera bertobat, segera berubah, lakukan yang terbaik. Saya selalu siap membantu orang-orang yang ingin berbuat baik di sini," sambungnya.
Dalam pertemuan tersebut, Fredy Budiman sempat menceritakan pengalamannya terjerumus dalam lembah narkoba.
Kemudian pada Ustad Hasan, Fredy mengatakan bahwa dirinya merasa bersalah terhadap ibu. Maka saat di ruang isolasi ia sempat drop.
"Saya bilang ibunya masih ada nggak? Ada pak ustad. Akhirnya saya coba komunikasi dengan pihak kejaksaan untuk menghadirkan ibunya," ujar dia.
Ketika ibunya datang, Fredy Budiman tak kuasa menahan tangis. Ibu dan anak itu berpelukan penuh haru.
"Saya menyaksikan mereka pelukan dengan tangisan bersama, dan saya ikut terharu juga ketika itu. Dengan kegiatan dia selama melakukan hal-hal yang negatif itu merasa bersalah, karena ibunya sayang banget sama dia, jadi muncul rasa bersalah tapi subhanallah."
Setelah diberi nasehat, Fredy dan ibunya menunjukkan ketegaran. Mantan gembong narkoba itu hijrah.
"Nampak sekali dari aktivitas sehari-hari dalam lapas itu juga sorbanan, sajadah peci udah jadi sehari-hari bolak-balik masjid dan dia bicara seperlunya tidak banyak bicara."
"Akhirnya tuh dia lebih santun, lebih tawadu, lebih rendah hati. Cukup lama bersama saya di ruang isolasi, kita ngobrol bareng kemudian sampai ngobrol dengan keluarganya," sambung Ustadz Hasan.
Fredy Budiman sempat menitipkan pesan pada anaknya, agar jangan meninggalkan shalat dan melanjutkan pendidikan ke pesantren.
"Terus dia bilang, bagi masyarakat umum jangan pernah mencoba narkoba, karena hanya akan merusak masa depan."
Nah sore sebelum malamnya diesekusi, Fredy Budiman sempat menjadi imam shalat Ashar dengan khusyuk. Momen itu diwarnai isak tangis keluarga.
"Saya, ibunya dan anaknya bersama beberapa petugas jadi makmum, kita ikut berjamaah salat ashar, imamnya adalah Freddy Budiman. Itu bentuk penghargaan kami untuk memberikan rasa percaya diri, bahwa meskipun ada masa lalu yang negatif dia punya kesempatan jadi orang yang berbuat baik," kenang Hasan.
Malam hari ekseskusi pun tiba. Saat itu, jaksa sempat membacakan sejumlah putusan untuk ditandatangani Fredy Budiman.
"Yang berkesan itu kita jaksa membacakan lagi yang lain beliau Fredy Budiman mengatakan sudahlah, enggak usah dibacakan saya akan tanda tangan," tuturnya.
"Selain dari itu yang saya ingat jaksa juga bilang, apakah ada sesuatu yang dipesankan wasiat terkait harta benda atau peninggalan untuk keluarga? Mas Fredy bilang, saat ini sudah tidak usah lagi bicara harta dunia, hati dan pikiran saya sudah ke akhirat," katanya.
Pernyataan itu membuat Ustadz Hasan dan sejumlah petugas eksekutor terenyuh.