Anonymous Ungkap Misteri Cloud KPU di Pemilu : AWS, Ali Cloud, dan Biznet Gio Cloud Menghitung Data

Anonymous
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Anonymus memberikan cahaya terang terkait penggunaan teknologi awan (cloud) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam perhitungan real count Pemilu 2024.

KPU Depok Kerahkan 550 Personel Gabungan untuk Amankan Debat Ketiga Pemilu 2024

 

 

Ketua IJTI Depok Dukung KPU Ciptakan Pilkada Damai: Kita Harus Jadi Wasit!

 Tidak hanya sekadar menggunakan layanan cloud, KPU memilih Amazon Web Service (AWS), Alibaba Cloud, dan Biznet Gio Cloud sebagai basis data perhitungan yang strategis.

 

Meriahkan Pilkada, KPU Kabupaten Bogor Gelar Giat Color Fun Walk

1. AWS - Amazon Web Service:

 

 

KPU mempercayakan AWS dengan alasan biaya rendah dan keamanan tinggi.

 

 Dengan back up data yang efisien dan transfer data cepat saat tingkat penggunaan aplikasi mencapai puncak (High Traffic), AWS mampu memberikan stabilitas dalam proses perhitungan Pemilu. 

 

 

Perusahaan asal Amerika ini telah membuka perusahaan di Indonesia dengan minimal tiga Availability Zone di region Jakarta, menjamin keberlanjutan layanan meski satu zona mengalami gangguan.

 

2. Ali Cloud - Alibaba Cloud:

   

Alibaba Cloud, perusahaan Tiongkok yang juga beroperasi di Indonesia, dipilih KPU untuk melindungi data dari serangan siber. 

 

 

Melalui pusat pembersihan data (data scrubbing center), Alibaba Cloud dapat mendeteksi, menganalisis, dan menghapus volume lalu lintas berbahaya, memastikan keamanan data real count Pemilu.

3. Biznet Gio Cloud:

Layanan Cloud dari Biznet Gio, perusahaan asal Amerika, menjadi pilihan KPU untuk basis data center. 

Dengan biaya layanan yang terjangkau dan tingkat keamanan yang tinggi, Biznet Gio Cloud mencakup seluruh wilayah di Indonesia yang dikelola oleh PT Biznet Gio Nusantara.

Menanggapi pertanyaan seputar keberadaan server di Singapura, Amerika, dan Tiongkok, Anonymus menjelaskan bahwa keputusan ini diambil karena layanan Cloud di Indonesia belum mencakup seluruh wilayah dan masih memiliki keterbatasan keamanan.

Terutama dalam menghadapi situasi traffic tinggi, layanan Cloud dalam negeri masih belum mampu memenuhi standar yang diinginkan oleh KPU, mengingat risiko potensial terhadap keamanan data dan privasi.