Fakta Pegunungan Jawa Destinasi Favorit Pelancong Masa Lampau, Salah Satunya Raja Siam
- Stockholms Auktionsverket
Keinginan orang Eropa melancong ke Jawa pun semakin tinggi. Charles Walter Kinloch, pria berkebangsaan Inggris, mengunjungi Jawa pada 1852 dan memuji pemandangan indah di daerah Cisarua, Megamendung, Cipanas, dan Cianjur.
Dia pun menulis kesan bagus daerah Bandung pada laporannya bertajuk Rambles in Java abd The Straits in 1852. Bandung, menurutnya, sanga bagus karena jalannya lebar dan terpelihara baik, serta ramai penjual aneka topi anyaman bambu beraneka warna. Kinloch sempat mendatangi air terjun terletak di sekira 6,4 km dari Bandung.
Lantaran keindahan panoramanya, Bandung dipuji Kinloch sebagai Montpellier of Java.
Senada dengan Kinloch, pelancong perempuan asal Amerika, Eliza R Scidmore juga memuji keindahan dan keasrian daerah pegunungan Jawa. Pada kunjungannya tahun 1897, Scidmore sempat berkelana di daerah pegunungan sekitar Priangan (Bandung), seperti Tangkuban Perahu dan Lembang.
Dia begitu terpesona melihat keindahan kawah Gunung Papandayan. Demi mencapai kawah tersebut, Scidmore menulis pada Java The Garden of the East, haru melalui daerah Tjisoeroepan di kaki gunung, lalu melanjutkan perjalanan dengan tandu diangkut empat orang kuli.
Bila Scidmore terpikat keindahan pegunungan daerah Priangan, lain halnya dengan Augusta de Wit. Dalam catatan perjalanannya dimuat sebagai cerita bersambung di koran Singapore Strait Times, de Wit sangat menikmati keindahan alam Cibodas.
Wit mengamati upaya pemerintah Belanda mengimpor health resort (daerah peristirahatan) di daerah pegunungan Jawa dengan pembangunan hotel dan pavilyun di daerah pegunungan dan kaki bukit nan semula sepi bangunan.