Berselancar ke Lorong Waktu di Museum Nasional
- Dok/beritajakarta.go.id
Selain Patung Gajah yang ikonik, juga meriam tua yang menghadap ke Monumen Nasional (Monas) juga menjadi penanda Museum Nasional yang usianya sudah ratusan tahun tersebut.
Dilansir dari beritajakarta.go.id, berdirinya Museum Nasional Indonesia diprakarsai oleh asosiasi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG).
Pada saat itu, ada revolusi intelektual (era pencerahan) di Eropa, di mana orang mulai mengembangkan pemikiran ilmu. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda, berdiri asosiasi ilmu (de Hollandshe Maatschappij der Wetenschappen) yang mendesak orang-orang Belanda di Batavia untuk membuat sebuah organisasi, yang kemudian menjadi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG).
Salah satu pendiri BG adalah JCM Radermacher yang memberikan rumahnya beserta koleksi buku dan benda-benda budaya yang sangat penting. Hibah dari JCM Radermacher merupakan dasar dari pendirian museum dan perpustakaan.
Meningkatnya koleksi hibah membuat pemerintah Belanda membuat museum pada tahun 1862 di lokasi di mana Museum Nasional Indonesia saat ini berdiri dan dibuka secara resmi pada tahun 1868. Kemudian nama museum tersebut menjadi Museum Nasional Indonesia.
Memasuki gedung lama, kamu akan disambut dengan ruangan berisi arca dan prasasti batu yang kebanyakan menampilkan para dewa-dewi dari kebudayaan Hindu. Yang paling menyita perhatian adalah arca Bhairawa Buddha setinggi 4,41 meter dan berat 4 ton.