Mengenal Tokoh Muslim Tionghoa Pencomblang Sukarno-Fatmawati

Haji Abdul Karim Oei.
Sumber :
  • Istimewa

Keseimbangan mengembangkan bisnis dan menjalankan ajaran agama Islam membuat Karim Oei dipandang sebagai tokoh penting di kancah perpolitikan nasional.

Muhammadiyah Singgung Judi Online saat Khutbah: Kita Sebagai Umat Malu

Ia sempat menduduki posisi sentral di Masyumi.

Meski begitu, terhadap sesama muslim Tionghoa juga tak pernah absen.

Pelajar SMP Tewas di Jalanan Depok, Polisi Duga Kalah Tawuran

Pesan PP Muhammadiyah, H Ibrahim, sangat membekas di benak Karim Oei.

"Saya titipkan pada saudara menghadapi keluarga kita orang-orang Tionghoa. Mengapa orang bisa merangkul, kita tidak?".

Tak Banyak yang Tahu, Sosok Marbot Masjid Ini Ternyata Pengusaha Top, Siapa Dia?

Pesan itu lantas dijadikan Karim Oei sebagai lecutan bersama dengan Yap Aku Siong dan Soei Ngo Sek membuat organisasi khusus bagi muslim Tionghoa, bernama Persatuan Islam Tionghoa (PIT) pada 1953.

Setelah dirasa perjuangan PIT masih bersifat lokal, Abdul Karim Oei berdiskusi dengan Kho Goan Tjin, pendiri Persatuan Muslim Tionghoa (PMT) untuk menggabungkan dua organisasi.

PIT dan PMT kemudian berfusi menjadi Persatuan Iman Tauhid Indonesia (PITI) pada 14 April 1961. Karim Oei menjadi ketua pertama.

Meski semula dikhususkan untuk organ bagi muslim Tionghoa, secara kepengurusan sudah terjadi pembaruan dengan hadirnya H Isa Idris sebagai penasehat dan Mayor Muhammad Johan Syah sebagai sekretaris.

PITI berazaskan Al-Quran dan sunnah agar para anggotanya para mualaf lebih mendalami ajaran agama Islam dan melaksanakan ibadah sesuai ketentuan.

Kepengurusan PITI berganti seiring zaman, tapi jasa Karim Oei tak pernah terhapus.

Begitu pula jasa Bung Karno kepadanya.

Meski banyak beroleh tuntutan dan cemooh dari para demonstran, Karim Oei berusaha untuk bisa mengunjungi Bung Karno di masa akhir Presiden Pertama RI.

Ia mendengar kabar kesehatan Bung Karno memburuk.

Halaman Selanjutnya
img_title