Ketika Supian-Chandra Akhiri Derita Belanda Depok: Kembalinya Bapak yang Hilang
- siap.viva.co.id
Siap – Duta Besar (Dubes) Belanda untuk Indonesia, Timur Leste dan Asean, Marc Gerritsen berjanji pihaknya akan turut membantu membangun warisan budaya di Kota Depok.
Adapun salah satu fokus utama Marc terkait dengan pengembangan kawasan heritage peninggalan Belanda di Kota Depok.
Menurut dia, Depok memiliki banyak warisan sejarah dan kota dengan masa depan cerah.
"Sebuah kota di mana kamu bisa berjalan kaki dari satu tempat bersejarah yang indah ke tempat bersejarah lainnya, kota yang hijau. Mungkin juga kota di mana kamu bisa bersepeda," paparnya saat datang langsung ke Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) Depok pada Rabu, 16 April 2025.
Kehadiran Marc ke YLCC merupakan kunjungan balasan setelah sebelumnya Wali Kota Depok, Supian Suri beserta rombongan mendatangi Kedubes Belanda untuk Indonesia beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan kali ini, Marc sempat memberikan vas biru bergambar sepeda sebagai hadiah pada Wakil Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah.
Ia berharap, ini menjadi pengingat akan masa depan yang dimiliki Depok.
Lebih lanjut Marc menilai, Depok dan Belanda memiliki ikatan khusus untuk membangun masa depan, seperti yang disampaikan Chandra Rahmanysah.
"Mungkin dalam hal pelestarian warisan budaya, karena kami memiliki banyak pengetahuan dan keahlian dan mungkin kami bisa membawa beberapa ahli ke Depok," jelasnya.
Sebagai langkah awal, Marc berjanji pihaknya akan menerima proposal dari pemerintah setempat untuk membantu pengembangan Depok Heritage.
"Kami akan mencari ahli dari Belanda untuk dibawa ke Depok dalam rangka membantu pengembangan kota ini," ujarnya.
Fokus Depok Heritage
Di tempat yang sama, Wakil Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah mengungkapkan konsep untuk mengembangkan kawasan heritage.
Ia mengaku bersyukur rencana pengembangan Depok Heritage mendapat apresiasi dari Duta Besar atau Dubes Belanda untuk Indonesia, Timur Leste dan Asean tersebut.
"Kami berharap Depok akan menjadi destinasi pariwisata untuk di wilayah Jawa Barat dengan wisata kekhususan, yaitu kawasan Heritage Belanda Depok," ujarnya.
Ada beberapa konsep yang ditawarkan, yakni merevitalisasi kawasan Depok Heritage dibantu tenaga ahli dari Universitas Indonesia, Yakni Profesor Kemas Ridwan Kurniawan.
"Kemudian pedestrianisasi, dan juga kita juga membangun kawasan ekonomi di sini, termasuk juga food dan kulinernya di sini (Jalan Pemuda)," jelas Chandra.
Kemudian, Pemkot Depok juga akan membangun area hijau di kawasan heritage mulai dari Jembatan Panus hingga Stasiun Depok Lama.
"Itu yang pertama akan ditata di dalam revitalisasi, Insyaallah tahun ini," terangnya.
Sebagai wujud komitmen pemerintah dalam membangun kawasan Depok Heritage dan upaya pelestarian cagar budaya, lanjut Chandra, pihaknya juga akan menggratiskan pajak bumi dan bangunan (PBB) di wilayah tersebut.
"Ini komitmen dari pemerintah Kota Depok dalam melakukan pelestarian cagar budaya di kawasan Heritage Belanda Depok."
Kembalinya Bapak yang Hilang
Sementara itu, ahli sejarah dari YLCC Boy Loen mengaku sangat bersyukur dengan kebijakan baru ini. Terutama dalam hal menjaga cagar budaya peninggalan zaman Belanda di Kota Depok.
"Jadi ini adalah suatu berita positif yang sangat-sangat baik dan sangat dinanti-nantikan," katanya
Menurut Boy, era kepemimpinan Supian-Chandra telah memberikan angin segar bagi Kaoem Depok atau yang kerap disebut Belanda Depok.
"Ya sudah pasti perbedaannya memang sangat-sangat mencolok (dibanding rezim sebelumnya). Misalnya ketika di pemerintahan 20 tahun yang lalu, kami itu tidak dilihat," katanya.
"Ketika saya bilang dipandang sebelah mata pihak luar katakan bukan dipandang sebelah mata Om Boy, malah tidak dilihat," sambungnya.
Boy menilai, selama 20 tahun lalu pihaknya tidak pernah mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Depok.
"Belum ada pimpinan kota yang datang (ke YLCC) menyapa pun enggak. Baru kali ini," katanya.
Kehadiran Supian-Chandra sebagai pemimpin Depok seakan telah meruntuhkan 'tembok pemisah' yang selama ini dirasakan mereka.
"Iyalah, karena dulu ya kalau keluarga kita punya ayah ya, tapi kita anak yang tidak dianggap," ucapnya.
"Tapi sekarang kalau saya katakan waktu itu, waktu 11 Januari ketika Pak Supian dan Pak Chandra datang kemari, saya bilang ini adalah kisah kembalinya bapak yang hilang, saya bilang itu," timpalnya lagi.