Tutup TPA Cipayung! China-Korea Lirik Depok Atasi Sampah

Budidaya maggot, siasat Depok atasi sampah
Sumber :
  • siap.viva.co.id

Siap – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung Depok, Jawa Barat bakal segera ditutup. Terkait hal itu, pemerintah setempat telah menyiapkan berbagai alternatif, di antaranya menjajaki kerja sama dengan China.

Di Luar Nalar, Pelatih China Siapkan 10 Penyerang untuk Bobol Gawang Emil Audero

Wali Kota Depok, Supian Suri mengatakan, pihaknya tengah berupaya keras agar wilayah penyangga Jakarta ini menjadi kawasan nyaman. 

Salah satunya adalah fokus pada kebersihan. Karena itu, ia menargetkan untuk bisa mengolah sampah dengan baik dan benar.

Erick Thohir Minta Suporter Indonesia Tak Ulangi Aksi Rasis Jelang Lawan China

"Makanya tadi langkah pertama kita menutup titik-titik TPS yang selama ini juga membuat ketidaknyamanan, TPS liar ya," jelasnya pada Selasa, 15 April 2025. 

Kemudian, hal yang tak kalah penting adalah mensiasati pembuangan sampah, sebab TPA Cipayung akan segera ditutup. 

Datang Jelang Takbiran, Pelatih China Sesumbar akan Kalahkan Timnas Indonesia dengan Mudah

"Ini yang mungkin harus dipercepat untuk tidak lagi kita buang kesana, sehingga kita mau tidak mau harus mengelola sampah," tuturnya.

"Makanya upaya yang kita lakukan hari ini, saya bersama Bu Wakil DPRD, Pak Dandim mengecek sejauh mana kesiapan kita dalam pengelolaan sampah," sambungnya.

Adapun cara tengah dilakukan adalah dengan memperbanyak sarana pengelolaan sampah berbasis maggot. 

Salah satunya seperti yang terlihat di tempat pembuangan sementara di Jalan Merdeka, Kecamatan Sukmajaya, Depok.

"Di sini kita akan memproduksi telur-telur dari maggot lalu kita distribusikan ke 63 kelurahan juga melalui masing-masing RW untuk mengelola sampah melalui maggot," tuturnya.

Supian juga mengatakan, selain berbasis di 63 kelurahan, pihaknya juga membentuk 3 UPS pengelolaan sampah berbasis maggot. 

Tujuannya membagi tanggung jawab untuk mengontrol pengelolaan sampah di 11 kecamatan. 3 UPS maggot itu tersebar di wilayah timur, tengah, dan barat.

"Atau disana disebutnya di wilayah barat itu UPS Anggrek yang tengah ini Merdeka, yang timur itu Cilangkap. Cilangkap itu untuk Tapos dan Cimanggis," terangnya.

Sedangkan UPS tengah ini untuk Sukmajaya, Cilodong, kemudian Beji, Pancoran Mas, Cipayung. Anggrek meliputi Bojongsari, Sawangan, Cinere, dan Limo.

"Nanti sentra sentra itu yang akan memonitor pengelolaan sampah di masing-masing kelurahan, termasuk kebutuhan akan telur telur maggot yang akan dikelola di masing-masing sentra," paparnya. 

 

UPS maggot di Sukmajaya Depok

Photo :
  • siap.viva.co.id

 

Selain itu, Pemerintah Kota Depok juga merencanakan bakal menambah satu sentral lagi di wilayah Tanah Merah, Cipayung, karena lahannya juga sangat luas.

"Insyaallah ini juga akan menambah, memperbanyak jumlah jumlah penyerapan sampah organik."

Untuk satu tempat UPS maggot, lanjut Supian, bisa menyerap sebanyak 3 ton sampah organik. Program itu saat ini beberapa di antaranya telah berjalan.

"Nah kalau kita punya 10 berarti udah 30 ton sampah organik. Ya kalau kita punya 100 berarti udah 300 ton, kita akan melangkah sampai kepada tahapan," katanya. 

Menurut Supian, percepatan dalam upaya mengelola sampah perlu dilakukan mengingat TPA Cipayung akan segera ditutup. 

Kebijakan ini juga berlaku untuk sejumlah kabupaten dan kota lainnya.

"Kalau deadline (ditutup) sebetulnya kita sudah di deadline, cuma kita masih dikasih waktu sambil ada percepatan ini," tuturnya. 

"Nah bukan cuma kita, ini (kebijakan) hampir seluruh TPA di kota dan kabupaten. Jadi metode open dumping ini sudah harus ditutup, sudah nggak ada lagi toleransi," sambungnya.

Kolaborasi China-Korea dan Depok

Selain budidaya maggot, langkah lainnya yang dilakukan Pemerintah Kota Depok untuk mengatasi persoalan sampah adalah dengan menjajaki program kerjasama pihak ketiga. 

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua DPRD Depok, Yeti Wulandari. Ia mengaku sangat mendukung program budidaya maggot ini.

"Ternyata hasil dari maggot ini bisa mengurai sampah yang luar biasa.Kami yakin apabila kita bisa masifkan secara serentak dan juga bisa disadari oleh masyarakat, bisa berjalan untuk mengatasi permasalahan sampah," katanya. 

Selain itu, Yeti juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan kajian terkait upaya kerja sama antara Korea dan China guna mengatasi persoalan sampah di Kota Depok.  

"Saat ini baru ada dua negara, China dan Korea yang mereka ingin berkontribusi," jelasnya. 

Politisi Gerindra tersebut memastikan, jika kerja sama ini terjalin maka tidak akan membebani anggaran pendapatan belanja daerah atau APBD Kota Depok. 

"Betul, dan tidak mengeluarkan anggaran dari APBD."

Namun demikian, Koordinator Pansus Masalah Sampah ini mengaku belum bisa menjelaskan secara detail terkait kerja sama tersebut.

Tapi menurut Yeti, jika Depok semakin terbuka banyak negara yang nantinya mereka siap.  

Ia menyebut, sejauh ini China yang cukup intens menjajaki kerja sama tersebut. 

"Karena memang China sudah membuktikan di wilayah Shenzhen di sana, mereka sangat-sangat ingin bekerjasama dengan kota Depok," katanya.

Yeti menyebut ada sejumlah alasan China cukup ngotot menanamkan investasinya di Kota Depok

"Ya mungkin jumlah penduduk kota Depok 2,1 juta jiwa kurang lebih, dan menghasilkan sampah itu per hari kan 1.500 ton itu, luar biasa. Nah ini yang apabila dikelola dengan baik nantinya bisa menghasilkan sumber tenaga listrik," jelasnya.

Kendati demikian, pimpinan DPRD Depok itu mengaku belum tahu persis kapan proyek ini akan dieksekusi, termasuk berapa nilai investasi yang bakal ditawarkan? 

Bagi Yeti, yang terpenting saat ini program tersebut dapat segera berjalan.

"Kami saat ini dari DPRD Depok dan pak wali sendiri ingin sama-sama bisa secepatnya," ucap Yeti.

"Karena memang bagi kami, terutama kami dari partai pengusung pastinya ingin pak wali bisa membuktikan kepada masyarakat Depok bahwa dengan waktu yang singkat, pak wali sanggup menyelesaikan permasalahan yang saat ini menjadi problematika di kota ini," sambungnya.