Jalan Terjal dan Berliku Risna Hasanudin Bebaskan Perempuan Arfak dari Buta Aksara
- Istimewa
Padahal, masyarakat Papua itu pintar bertani. Pertanian di sana lumayan berkembang, bisa untuk menghidupi.
"Hanya saja, pemerintah tidak betul-betul melihat persoalan dasar yang terjadi. Bahwa bukan masalah bertani, tapi bagaimana mendidik masyarakat Papua agar bisa bertani dengan lebih produktif," ungkap Risna.
Risna juga semakin termotivasi untuk membangun rumah belajar setelah Ibu Kepala Kampung atau mama Yosina yang sendiri minta diajari untuk membaca.
Ternyata bukan hanya Mama Yosina, mama-mama lain yang buta huruf juga antusias ingin belajar.
Antusias mereka menumbuhkan semangat Risna kian menggebu dan memotivasinya untuk mendirikan Rumah Cerdas Perempuan Komunitas Arfak.
Di rumah belajar tersebut Risna mengajar para mama dan juga anak-anak membaca, menulis, dan berhitung.
Perjuangan Risna dalam mencerdaskan para perempuan di suku Arfak tentu tidak terlepas dari berbagai halangan dan rintangan.
Sejak awal kedatangannya di Kampung Kobrey, ia telah mengalami kesulitan. Walau datang ke Papua Barat dengan mengikuti program pemerintah, namun nyatanya gaji Rp4 juta yang dijanjikan tak kunjung cair selama 4 bulan.
Namun lagi-lagi itu bukan penghalang.
Tekadnya sudah bulat. Ia memilih meneruskan perjuangan walau harus menggunakan biaya sendiri.