Jalan Terjal dan Berliku Risna Hasanudin Bebaskan Perempuan Arfak dari Buta Aksara
- Istimewa
Persoalan jarak dari rumah menuju tempatnya mengajar juga jadi tantangan tersendiri karena sulit dijangkau sedangkan saat itu belum banyak transportasi umum. Hambatan lain datang dari lingkungan sekitar.
Ia adalah seorang muslim dan berhijab, berbeda dengan masyarakat setempat yang mayoritas non muslim.
Karena itu tindakan-tindakannya kerap disalahpahami warga.
"Mereka selalu sulit menerima saya, apabila saya terlambat merespons kebutuhan pelayanan (untuk mengajar), mereka selalu mengaitkan bahwa itu adalah karena agama saya berbeda dengan mereka” begitu ungkap Risna.
Selain respon masyarakat yang kurang baik di awal, Risna juga merasakan kurangnya respon dari pemerintah daerah yang kala itu masih menyepelekan masalah pendidikan.
Tidak hanya itu, perjuangan terberat yang dirasakan Risna adalah saat mendapat pelecehan seksual dan kekerasan fisik oleh orang yang tidak suka akan kehadirannya.
Bahkan dirinya pernah nyaris diperkosa oleh pemuda setempat, untungnya ia berhasil melakukan perlawanan yang meninggalkan luka lebam di pelipis dan pendarahan dihidung yang menyebabkan ia harus berobat selama 6 bulan.
Karena kejadian tragis tersebut Risna sempat putus asa dan berniat untuk kembali ke tanah kelahirannya.
“Saya tadinya ingin pulang, tetapi mereka menangis di dekat sumur. Mereka bilang, kita mau jadi apa kalau kak Risna pulang?”
Mendengar keluhan murid-muridnya itu, perempuan alumni Jurusan Pendidikam Ekonomi Universitas Patimura Ambon ini luruh dan mengurungkan niat. Pengabdiannya belum selesai.