Jalan Terjal dan Berliku Risna Hasanudin Bebaskan Perempuan Arfak dari Buta Aksara
- Istimewa
Berbanding lurus dengan literasi mereka yang sangat rendah. Pendapatan masyarakat suku Arfak juga sangat terbatas, sebagian besar mereka hidup dalam kondisi miskin.
Hal inilah yang menggerakkan hati Risna untuk mengabdi di Kampung Kobrey.
Perempuan asal Banda Naira, Maluku Tengah ini memilih tinggal di Papua untuk mencerdaskan para perempuan dari Suku Arfak.
Menurutnya, pendidikan merupakan satu-satunya cara untuk membawa perubahan yang lebih baik.
Ia kemudian mendirikan rumah belajar yang dinamai Rumah Cerdas Komunitas Perempuan Arfak (RCKPA).
Sejak duduk di bangku kuliah, Risna mengaku sudah tertarik dengan isu-isu Papua.
Ia penasaran ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kondisi di Papua. Rasa penasaran itu akhirnya terjawab, pada 2006, Risna berkesempatan menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Papua Barat, lalu pada 2012 ia terjun sebagai relawan di wilayah binaan Sorong dan Fakfak.
Masa KKN lalu menjadi relawan, dua pengalaman berharga itu sudah cukup memantapkan niatnya untuk mengabdi.
Dia sudah melihat sendiri bagaimana kondisi di Papua, cukup memprihatinkan, masih banyak orang Papua khususnya anak-anak dan perempuan yang tinggal di pelosok tertinggal pendidikannya.
Walau bukan berasal dari Papua, tapi hati Risna seolah sudah terpaut dan jiwanya merasa terpanggil.