Jejak Karier Menkomdigi Meutya Hafid; dari Jurnalis hingga Sandera Perang

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Meutya Viada Hafid merupakan anggota legislatif yang kini menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) di Kabinet Merah Putih.

Puan Desak Pemerintah Siapkan Bantuan Evakuasi Wisatawan Dampak Erupsi Gunung Lewotobi

Perempuan kelahiran Bandung, 3 Mei 1978 ini memulai karier sebagai jurnalis hingga mendapat kursi di Senayan sebagai anggota DPR RI.

Ia menghabiskan masa mudanya di Jakarta dengan mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD) 02 Menteng, Jakarta (1983-1989). Lalu melanjutkan ke SMPN 1 Jakarta (1992) dan SMAN 8 Jakarta (1995).

Polri Klaim Selamatkan 262 Juta Jiwa dari Pengungkapan Kasus Narkoba Sejak 2020

Kemudian Meutya melanjutkan pendidikan di Crescent Girls' School di Singapura, lalu pada 1996-2000 ia mendapatkan gelar sarjana teknik manufaktur dari Universitas New South Wales (UNSW) di Australia.

Pada 2001, Meutya memasuki dunia jurnalistik. Ia bekerja di Metro TV sebagai reporter selama tujuh tahun hingga 2008. Pada 2015 ia melanjutkan studi S-2 ilmu politik di Universitas Indonesia dan lulus 2018.

Ini yang Jarang Diketahui Masyarakat tentang Bung Tomo

Hal luar biasa pernah dialami Meutya yakni ketika menjadi sandera milisi bersenjata Mujahidin di Irak. Pada 2005, Meutya bersama juru kamera Budiyanto dikirim untuk meliput pemilu di Irak.

Meutya dan Budiyanto putus kontak dengan tim Metro TV yang ada di Indonesia pada 15 Februari 2005. Mereka mengalami penyanderaan selama sepekan dan akhirnya bebas pada 21 Februari 2005.

Ia mengabadikan kejadian menegangkan tersebut dalam buku memoar yang bertajuk 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak yang dirilis pada 28 September 2007.

Buku itu berisikan bagaimana cerita Meutya berhadapan dengan penyanderanya dan bertahan selama waktu itu dengan keterbatasan komunikasi.

Buku karya Meutya itu mendapatkan kata pengantar dari tokoh nasional. Di bagian sampul depan, kata pengantar diisi Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Jajaran redaksi Metro TV turut memberikan tulisan, salah satunya dari Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005 Don Bosco Selamun dan mantan juru bicara Departemen Luar Negeri Marty Natalegawa.

Tahun 2009 menjadi awal Meutya menjajaki politik. Ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari dapil Sumatra Utara 1 pada 2009. Ia lolos dan melenggang ke Senayan.

Selama menjadi anggota legislatif, Meutya menjadi Ketua Komisi 1 DPR RI membidangi isu-isu pertahanan, komunikasi, dan luar negeri selama 1 periode mulai 2019-2024.