Perjuangan Bidan Desa di Timur Indonesia Atasi Stunting, Sempat Dianggap Ancaman Para Dukun?

Potret Theresia Dwiaudina Sari Putri
Sumber :
  • Istimewa

"Perjuangan tujuh tahun tidak mudah, karena biasanya masyarakat jika bersalin ditolong dukun, tidak ada imunisasi, buang air besar masih di sungai. Mereka sulit menerima hal-hal baru, bahkan kehadiran saya dianggap menjadi ancaman, dukun bisa kehilangan lapangan kerja," ungkapnya.

Bukan hanya Police Line, Muannas Alaidid Bongkar Kasus Ipda RS yang Bikin Rusak Citra Polri

Namun demikian, Dinny mengaku tak peduli seberapa berat langkahnya untuk mengubah kesadaran masyarakat Desa Uzuzozo terhadap fasilitas kesehatan.

Dia melakukan pendekatan, jemput bola memberikan pelayanan kesehatan dari rumah satu ke rumah lain dan selalu siaga 24 jam.

Universitas Indonesia Terangi Pendidikan di Perbatasan Indonesia-Timor Leste melalui Program Pengmas

"Saya bekerja sebisa mungkin tidak mengurangi tradisi adat. Saya biasanya mencari jalan tengah untuk solusinya. Misalnya imunisasi anak, kepercayaan mereka kalau anak mereka habis disuntik imunisasi, jarum suntiknya ditancapkan ke pohon pisang biar anak enggak demam.

Selama enggak mengganggu atau bertentangan dengan medis, enggak apa, nanti jarum suntiknya saya cabut dan saya simpan biar enggak dibuat main," paparnya.

Melongok Ikhtiar Mahasiswa Universitas Pakuan Cegah Stunting di Pelosok Desa

"Setiap pasien yang datang dan usai mendapatkan pelayanan kesehatan dari saya, saya minta testimoni. Enak mana di dukun dengan faskes," lanjut Theresia.

Perlahan tapi pasti, kesadaran masyarakat untuk datang ke faskes untuk melahirkan, berobat, imunisasi semakin meningkat.

Halaman Selanjutnya
img_title