Perjuangan Bidan Desa di Timur Indonesia Atasi Stunting, Sempat Dianggap Ancaman Para Dukun?

Potret Theresia Dwiaudina Sari Putri
Sumber :
  • Istimewa

"Sudah maintenancenya, siklus kesehatan, SDM masyarakat sudah mulai paham tentang kesehatan, sudah ada falisiatas kesehatan yang mereka perlukan, bahkan pelayanannya kan dari rumah ke rumah, jadi tidak mungkin tidak terjangkau,” ungkapmya.

Melirik Pesona Tari Maekat, Simbol Keperkasaan Pejuang Suku Dawan Timor

Atas perjuangannya untuk ibu hamil dan anak, bidan Dinny meraih SATU Indonesia Awards 2023 bidang kesehatan.

Lebih jauh Dinny mengisahkan, saat pertama kali dirinya berkarya di desa nan jauh di sana.

Ganjar-Mahfud Bertekad Kembangkan SDM Rakyat Kecil

"Sejak 2013 (bertugas di Ende). Saat itu setelah menempuh pendidikan, saya bingung mau bikin apa. Kemudian oleh Kades yang saat itu bingung mencari tenaga kesehatan, saya ditawarkan menjadi bidan desa pertama," katanya.

Fokusnya, kata Dinny, adalah pada kesehatan ibu dan anak, termasuk lanjut usia (lansia), posyandu, bahkan perilaku sosial masyarakat setempat menjadi tugas Theresia, seperti jambanisasi karena masih banyak warga yang buang air besar di sungai.

Kaesang Pakai Sepatu Lokal Kampanye di NTT

"Bidan biasanya berkarya di tempat yang bagus, tapi saya berkarya di desa terpencil, sulit menjangkau transportasi, tidak memiliki fasilitas kesehatan (faskes) dan standar sumber daya manusia (SDM) yang masih di bawah," terangnya.

Perjuangan Dinny, cukup dramatis. Bukan hanya persoalan kondisi geografis, dia pun dihadapkan pada tradisi masyarakat yang masih percaya dengan dukun untuk melahirkan maupun pengobatan.

Halaman Selanjutnya
img_title