Begini Momen Menegangkan Evakuasi Jenazah Pahlawan Revolusi

Peristiwa G30S
Sumber :
  • Istimewa

Siap – Keberadaan lokasi penyekapan, penyiksaan, dan pembunuhan para Pahlawan Revolusi mencapai titik terang. Pada 3 Oktober 1965, Panglima Kostrad Mayjen Soeharto mendapat kabar penting dari pasukan RPKAD. Komandan Pleton Satu RPKAD Letnan Dua Sintong Panjaitan mengaku telah menemukan lubang tempat jenazah para jenderal dipendam.

Viral, Sekelompok Pemuda Mengiringi Jenazah Temannya dengan Joget Plus Musik DJ, Aneh Sii?

Sesampainya di lokasi, pasukan RPKAD coba mencari cara agar penggalian bisa dilanjutkan. Para penggali sebelumnya, baik RPKAD maupun warga sekitar tak tahan dengan bau anyir dan busuk jenazah, sehingga tak memungkinkan untuk dilanjutkan.

Sintong mulai mencari akal dengan meminjam peralatan selam milik Korps Komando Angkatan Laut. Tak hanya meminjamkan peralatan, Korps Komando AL bahkan mendatangkan penyelam terbaik KKO, Komandan Kompi Para Amphibi Winanto beserta delapan penyelam lain.

Petualangan Batalyon 454 Banteng Raider Ketika Peristiwa Gerakan 30 September 1965

Lantaran tak ada seorang pun anggota RPKAD mampu meneruskan penggalian dan evakuasi, akhirnya pasukan KKO turun tangan.

Aksi pasukan KKO tersebut disaksikan langsung Mayjen Soeharto, Mayjen Sugandhi (Puspen Hankam), dan Ibnu Subroto (Puspen AD).

Ketua MPR Usulkan Soeharto Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Pukul 12.05 WIB, anggota RPKAD Kopral Anang mengangkat jenazah Lettu CZi Pierre Andreas Tendean, ajudan Nasution. Di dalam visum et repertum, Pierre Tendean tewas akibat luka tembak.

Luka tembak masuk satu peluru di leher belakang sebelah kiri, dua peluru di punggung kanan, satu di pinggul kanan. Luka tembak keluar, dua di dada kanan.

Halaman Selanjutnya
img_title