Siapakah Korban Peristiwa Berdarah G30S?
- Istimewa
“Namun, pada 1 Oktober 1965 terbukti kalau Sukarno tidak mengetahui rencana gerakan tersebut,” katanya.
Asvi menegaskan justru G30S dijadikan sarana untuk mengambil alih kekuasaan Sukarno.
"Rangkaian peristiwa dari 1 Oktober 1965 sampai keluarnya Supersemar 1966, penahanan 15 menteri, pembubaran Tjakrabirawa, dan penguasaan pers oleh tentara, memperlihatkan bahwa kekuasaan itu memang direbut dari Sukarno secara bertahap," katanya.
Kesimpulan tersebut didapat setelah pihaknya meneliti berbagai dokumen tentang G30S dari 1965 hingga 2017.
"Orasi ini membahas tulisan-tulisan yang telah terbit mengenai G30S dari tahun 1965 hingga 2017," katanya.
Menurutnya, pada masa Orde Baru, salah satu tokoh yang paling berperan untuk menulis sejarah G30S adalah Nugroho Notosusanto.
"Dalam Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6, yang disunting Nugroho Notosusanto diberikan legitimasi kepada Orde Baru sekaligus dilakukan desukarnoisasi (upaya mengurangi bahkan menghilangkan peranan Sukarno dalam sejarah)," katanya.