Kisah Nyata Karma Sumpah Pocong, Arwah Penebar Fitnah Gentayangan Ditolak Bumi
- Tangkapan layar YouTube Bucin TV
Dokter mengatakan pembuluh darah di bagian otaknya tuh pecah. Sormin cuman bisa terbaring koma di rumah sakit dan kurang lebih sekitar satu bulan dirawat akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhir.
Ketika bapak kepala desa melayat ke rumah duka bersama ulama setempat, ia bertemu dengan Pak Junaedi.
Pada Junaidi, salah satu ulama di kampung itu pun memintanya untuk membuka pintu maaf pada almarhum.
"Allah sepertinya sudah menunjukkan kebenaran yang sudah kalian sumpah. Nak saya ingatkan permasalahan kalian di dunia ini sudah selesai. Saya minta sama kamu ikhlaskan almarhum yang sudah meninggal dunia," ujarnya.
"Biarlah sumpah yang sudah dilakukannya biarlah Allah yang mengurusnya nanti itu urusan almarhum dengan Allah Subhanallah ta'ala. Di sini saya minta urusan kalian di dunia, saya minta kamu ikhlaskan, kamu maafkan almarhum yang sudah meninggal dunia," sambungnya.
Begitu pun keluarag Pak Sormin, mereka bergegas minta maaf pada keluarga Junaidi.
Ditolak Bumi
Setelah semua prosesi dilakukan, jenazah sudah dibawa kembali ke rumah duka jenazah sudah dimandikan, dikafani dibawa ke masjid untuk disalatkan, dibawalah jenazah ini menuju ketempat peristirahatan terakhir, ke tempat pemakaman umum yang ada di desa tersebut.
Kejadian aneh pun terjadi. ketika jenazah keluar dari rumah duka, dibawa ke masjid untuk disalatkan cuaca sama sekali tidak menunjukkan kalau ada tanda-tanda bakal hujan.
Cuaca sangat cerah sekali. Namun setelah jenazah keluar dari masjid, tiba-tiba petir menyambar, di tengah cuaca yang panas petir menyambar dan beberapa orang yang mengerti tentang tanda-tanda alam seperti ini mereka mengucap astaghfirullahaladzim.
Mereka tahu dan mereka sadar, bakal ada sesuatu yang ganjil akan terjadi di prosesi pemakaman almarhum Pak Sormin.
Ternyata memang apa yang dipikirkan oleh beberapa warga dan pak ustad ini memang benar-benar terjadi.
Sebelum jenazah ini dibawa ke masjid untuk disholatkan, beberapa warga dan tukang gali kubur sudah mempersiapkan lubang kuburan dari almarhum Pak Sormin, yang mana tradisi di kampung tersebut untuk mengukur jenazah, itu biasanya mereka menggunakan sebatang bambu.
Potongan bambu itulah yang akan dibawa ke liang lahat untuk menjadi acuan si penggali kuburan. Nah ketika kuburan itu digali semuanya berjalan lancar tanahnya gampang digali, ukurannya sudah pas bahkan dilebihkan sedikit.
Tapi ketika jenazah sampai ternyata enggak muat, tidak bisa masuk ke dalam liang lahat.