Kisah Nyata Karma Sumpah Pocong, Arwah Penebar Fitnah Gentayangan Ditolak Bumi

Ilustrasi sumpah pocong
Sumber :
  • Tangkapan layar YouTube Bucin TV

Menurut keterangan, saat itu Junaidi dan keluarganya sedang ke luar kampung. Mereka menghadiri hajatan keluarga di desa lain. 

Keluarga dari Pak Junaedi yang punya hajatan itu pun mau bersaksi. Bahwa malam itu Junaedi dan anak-anaknya ada di rumah mereka, menginap di rumah mereka dan tidak ada di lokasi sawahnya Pak Sormin.

Namun rupanya Pak Sormin tak menerima jawaban tersebut. Perselisihan pun berlanjut. 

Bahkan fitnah tersebut telah sampai ke seluruh penduduk kampung. Beberapa minggu kemudian, Pak Sormin sampai membawa polisi untuk menangkap Junaidi dan keluarganya.

Beruntung, kepala desa yang mengetahui kejadian itu langsung bertindak. Ia merasa permasalahan ini adalah tanggung jawabnya, terlebih tidak ada bukti kuat atas tuduhan Pak Sormin. 

Tak lama berselang, Pak Sormin lagi-lagi menuduh keluarga Pak Junaedi. Ia bersikeras bahwa Junaidi telah merusak sawahnya.

Pak Junaedi yang sudah sabar sekali menerima tudingan ini pun berdiri, lantaran kesabarannya sudah habis.

"Saya berani bersumpah, demi Allah demi Alquran 30 juz, saya berani bersumpah, kalau bukan saya dan anak-anak saya pelaku dari perbuatan ini," katanya dengan lantang. 

Sejumlah ulama dan tetua adat yang hadir dalam balai desa berusaha menenangkan Junaidi. 

"Kamunya jangan sembarangan bersumpah dengan membawa nama Allah dan membawa kitab suci Alquran. Kamu tahu apa yang kamu ucapkan itu bisa menjadi malapetaka buat kamu dan keluargamu," kata salah satu ustadz di kampung tersebut. 

"Saya sudah cukup sabar pak ustad, menerima apa yang dituduh oleh keluarga Pak Sormin. Tapi kalau saya terus diam seperti ini kasihan anak-istri saya, selalu dipojokkan oleh tuduhan dari Pak Sormin," ucap Junaidi memelas. 

Atas dasar itulah, Pak Junaedi kemudian menantang Pak Sormin untuk melakukan sumpah pocong. 

"Demi Allah, kalau memang benar saya melakukan perusakan di sawah Pak Sormin biarlah saya dilaknat oleh Allah Subhana Wa ta'alla."

Sontak saja sejumlah tetua adat kampung dan ulama yang mendengar kaget. Mereka meminta agar Junaidi istighfar.

"Istighfar nak, istighfar nak. Apa yang kamu katakan baru saat itu adalah ucapan yang enggak baik. Untuk apa dilakukan sumpah seperti itu. Kamu enggak tahu resikonya nanti apa," ujar tetua adat kampung.