Telusur Jejak Laksamana Cheng Ho, Penjelajah dan Penyebar Islam di Indonesia
- Dok/Modul Sejarah Indonesia
Siap – Sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari sosok Laksamana Cheng Ho. Penjelajah asal Tiongkok ini oleh para sejarawan sebagai tokoh yang pernah singgah dan menetap sementara di beberapa wilayah tanah air.
Berdasarkan catatan sejarah Tiongkok, Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi antara tahun 1405-1433 atau dalam kurun waktu lebih dari 28 tahun.
Ia berlayar bersama armadanya dan berlabuh di sejumlah negara di kawasan Afrika dan Asia termasuk Indonesia.
Di Indonesia, nama Laksamana Cheng Cho bukan sosok yang asing. Sampai sekarang beberapa jejak ekspedisinya masih tersisa. Salah satunya dengan adanya masjid yang diberi nama Cheng Ho.
Laksamana Cheng Ho lahir di Yunnan, China Selatan pada 1371 dengan nama Ma He dari pasangan Ma Hazhi dan Wen.
Ia merupakan keturunan suku Hui, suku minoritas yang memeluk agama Islam.
Pada usia 12 tahun, Yunnan ditaklukan Dinasti Ming dan para pemudanya ditawan untuk dikebiri kemudian dijadikan abdi Pangeran Zhu Di.
Cheng Ho mengawali pengabdiannya sebagai seorang kasim lalu menjadi penasihat Pangeran Zhu Di dan diberi marga Cheng.
Sejak saat ini ia lebih dikenal dnegan nama Cheng Ho. Perubahan status Pangeran Zhu Di menjadi Kaisar Yong Le membuat nasib Cheng Ho ikut berubah.
Ia menawarkan diri kepada kaisar untuk melakukan ekspedisi. Cheng Ho memulai ekspedisinya pada tanggal 11 Juli 1405.
Pelayaran pertamanya mampu mencapai wilayah Asia Tenggara yakni Semenanjung Malaya, Sumatra dan Jawa.
Keberhasilan tersebut memberikan motivasi kepadanya untuk melakukan ekspedisi selanjutnya. Laksamana Cheng Ho kemudian menjalankan ekspedisi kedua antara 1407-1409, dan ekspedisi ketiga pada 1409 sampai 1411. Dari tiga ekspedisi yang dilakukan, Laksamana Cheng Ho telah menjelajah sampai di daerah India dan Srilanka.
Antara 1413-1415, pelayaran Laksamana Cheng Ho semakin jauh, yaitu mencapai daerah Aden, Teluk Persia, dan Afrika Timur.
Jalur ini kembali ia lewati saat menjalankan ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422).
Pada pelayarannya yang terakhir, antara 1431-1433, Laksamana Cheng Ho berhasil mencapai Laut Merah.
Dalam perjalanan pelayarannya, Laksamana Cheng Ho selalu merekamnya dalam sebuah catatan berupa nama wilayah, penguasanya dan kehidupan masyarakat yang disinggahi armadanya.
Catatan perjalanan Laksamana Cheng Ho yang terkenal akhirnya menghasilkan satu panduan pelayaran, Zheng He's Navigation Map, yang mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15.
Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho pun berhasil membuat nama Tiongkok semakin dikenal di mata dunia.
Dilansir dari Modul Sejarah Indonesia (2006), selama tujuh kali ekspedisinya, Laksamana Cheng Ho selalu mengunjungi Indonesia.
Salah satu buktinya adalah ketika ia berkunjung ke Samudera Pasai dan memberikan lonceng Cakra Donya kepada Sultan Aceh yang kini masih tersimpan di Museum Banda Aceh.
Pada 1415, Laksamana Cheng Ho juga berlabuh di Muara Jati, Cirebon dan menghadiahi beberapa barang khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon.
Salah satu pemberiannya adalah piring bertuliskan Ayat Kursi yang masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Bukti lain adalah Kelenteng Sam Po Kong, serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.
Pada masa pemerintahan Raja Wikramawardhana, Laksamana Cheng Ho juga pernah mengunjungi Kerajaan Majapahit.
Misi utama ekspedisi Cheng Ho adalah untuk menjalin persahabatan dengan negara-negara lain serta menunjukkan supremasi politik negerinya.
Selain itu, beberapa sejarawan menyebut bahwa Laksamana Cheng Ho juga memiliki agenda sendiri, yaitu untuk menyebarkan Islam.
Di Indonesia, pengaruhnya dalam penyebaran Islam pun dapat dilihat dari Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya, Palembang, Malang, dan beberapa daerah lainnya.
Dari catatan sejarah yang disimpan di Tiongkok, Laksamana Cheng Ho meninggal pada April 1433 di Calcuta, India.
Beberapa pendapat menyebut bahwa jenazahnya dikuburkan di daerah Semarang, hanya rambut dan pakaiannya saja yang dibawa ke Tiongkok pada Juli 1433.
Di Tiongkok, makamnya berada di kawasan Niu Shou Shan, Kota Nanjing.
Hingga kini Laksamana Cheng Ho selalu dikenang sebagai penjelajah Muslim pertama di Asia sekaligus pembawa syiar Islam satu-satunya dari Tiongkok.