Sentil Walkot Depok, Ikra Ungkit Sejarah SDN Pondok Cina: Ucapan Sama Tindakannya Beda!
- siap.viva.co.id
Siap – Anggota DPRD Depok, Ikravany Hilman kembali menyuarakan kegelisahannya soal polemik SDN Pondok Cina 1 yang tak kunjung usai.
Menurutnya, selain persoalan dalam hal kegiatan belajar mengajar imbas relokasi, kondisi yang tak kalah penting dari kasus ini adalah hilangnya empati atas sejarah bangsa.
Pria yang akrab disapa Ikra itu menjelaskan, bahwa gedung SDN Pondok Cina (Pocin) 1 yang berada di Jalan Margonda itu dibangun pada Januari 1946.
Itu artinya, belum genap satu tahun republik ini berdiri, dengan segala kekacauan yang dialami, tapi pada saat itu pemimpin-pemimpin bangsa menegaskan komitmennya terhadap tujuan bernegara.
"Salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dibangunlah sekolah itu. Padahal saat itu belum genap setahun Republik Indonesia merdeka," katanya saat dikonfirmasi pada Senin, 15 Januari 2024.
Menurut Ikra yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PDIP Depok, ini adalah bentuk komitmen para pendahulu bangsa atas dunia pendidikan.
"Nah bangunan SDN Pondok Cina 1 itu jadi bagian sejarah bangsa ini. Bayangkan saja, situasi lagi kacau tapi sempat-sempetnya pendahulu kita mendirikan sekolah."
Berdirinya gedung SDN Pondok Cina (Pocin) itu, menurut Ikra, sekaligus menegaskan bahwa salah satu tujuan bangsa ini merdeka adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal itulah yang diperjuangkan para pendiri bangsa ini.
"Nah harusnya ini (SDN Pondok Cina 1) dijaga oleh Pemkot Depok menjadi salah satu monumen bersejarah."
Ikra lantas menyinggung soal lambang Kota Depok yang memiliki filosofi mendalam tentang pendidikan.
"Ada lambang buku dan pena. Bahkan Pemkot Depok sendiri mengklaim kota ini dari kata padepokan, yang artinya itu instrumen pendidikan."
"Jadi ya inilah yang jadi persoalan. Antara pikiran, ucapan, sama tindakan beda-beda," sambungnya.
Terkait hal tersebut, Ikra kembali menegaskan, bahwa PDIP akan terus mendorong Pemkot Depok untuk bersetia dengan tujuan republik ini berdiri.
"Bukankah tujuan kota ini dibentuk salah satunya adalah pendidikan."
Nasib SDN Pondok Cina
Ironinya lagi adalah, lanjut Ikra, semua problem itu dilaksanakan ketika pemerintah kota sebetulnya belum tahu persis aset eks SDN Pondok Cina 1 mau digunakan sebagai apa.
Bahkan, sampai detik ini pun, kata Ikra, para orangtua siswa di SD tersebut belum pernah diajak untuk berdialog dengan wali kota.
Padahal, mereka adalah warga Depok yang memiliki hak atas aset tersebut.
"Berbeda dengan dengan peristiwa sebelumnya yang akan dibuat masjid atas bantuan pemerintah provinsi, nah ini sudah batal."
"Nah sekarang ini belum tahu itu mau dipakai apa, tapi (anak-anak) tetap dipaksa pindah dengan berbagai persoalan yang muncul," sambung Ikra.
Seharusnya, menurut anggota DPRD Depok tersebut, kalau belum tahu mau dipakai apa, ya jangan dipaksakan untuk relokasi.
"Ngapain dipaksain, tetap aja sekolah di situ untuk memastikan bahwa seluruhnya ini bisa sekolah yang baru ini bisa memenuhi persyaratan," tuturnya.