Jadikan Medsos Sebagai Medan Perang, Pilpres di Indonesia Jadi Sorotan Media Asing

Potret ilustrasi
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Melesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini membuat berbagai macam platform media sosial dijadikan ajang pertarungan para kontestan dalam ajang pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Respon Gerindra Soal PKS Deklarasi Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, Hampir Pasti Kalah

Bagaimana tidak, saat ini banyak para cara calon presiden dan wakilnya yang memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk berkampanye dan berlomba menarik simpati masyarakat serta mensosialisasikan seluruh program unggulan mereka dengan cara seunik mungkin.

Bahkan, medsos terutama TIK TOK yang saat ini menjadi medan perang para capres sampai menyita perhatian media asing, salah satunya Media asal Inggris The Economist.

Pede Tantang Petahana Depok, Elektabilitas Supian Suri Tembus 50 Persen

Dalam laporannya, The Economist menyebut bahwa para capres Indonesia seperti Anies Baswedan, Prabowo Subianto, hingga Ganjar Pranowo saling bertarung di media sosial asal China itu.

Alhasil, Anies berhasil menggaet perhatian dari fans K-pop di TikTok.

Sindir PKS Dapat Kursi Ketua DPRD DKI Masih Ambil Posis Cawagub, PKB Sodorkan Kaesang Duet Anies

Sementara Prabowo Subianto terkenal gegara suka menari. Sedangkan Ganjar Pranowo kerap mengunggah konten soal penguin.

Berkampanye melalui platform TikTok berbeda jauh dengan X alias Twitter, yang mana para warganet Indonesia lebih condong membahas soal isu dan kebijakan politikus Sehingga media sosial tampaknya menjadi cara baru kampanye Pilpres di Indonesia yang berpusat pada viralitas dan membangun citra.

Terlebih, Pemilihan Umum (Pemilu 2024) ini lebih banyak diikuti oleh generasi muda. Disebutkan kalau 106,4 juta atau 52 persen dari total pemilih adalah mereka yang berusia 17-40 tahun.

Sebab para generasi Milenial dan Gen Z lebih suka aktif di platform Instagram Reels hingga TikTok, termasuk untuk mencari berita politik.

Sementara itu, melansir Media asal Amerika Serikat, Bloomberg yang melaporkan kalau iklan di TikTok pun lebih murah.

Pernyataan ini disampaikan oleh Head of Equity Research PT Maybank Sekuritas Indonesia, Jeffrosenberg Chen Lim.

Meskipun TikTok menguntungkan para capres, banyak pihak yang khawatir adanya misinformasi di platform online layaknya Pilpres 2019.

Kala itu, pemilu di Indonesia tercoreng hoaks yang disebarkan oleh buzzer hingga bot. Untungnya TikTok memiliki kebijakan yang mengatasi penyebaran hoaks pemilu ataupun konten politik lain.

Platform asal China itu melarang para politikus dan partai politik untuk menggalang dana maupun iklan berbayar.