Ekonom IPB Bongkar Fakta Utang Negara di Era Jokowi Bahaya bagi Rakyat dan Masa Depan Bangsa

Tangkap layar
Sumber :
  • Youtube DDMnet

Siap –Guru Besar Ekonomi IPB Prof Didin Damanhuri melontarkan kritik tajam terhadap bahaya utang negara di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Kereta Cepat Whoosh Mogok, Salah Jokowi?

Menurut Didin, utang negara yang terus meningkat dikhawatirkan akan menjadi beban bagi rakyat dan masa depan bangsa.

Dalam video wawancaranya dengan kanal YouTube DDMnet ( Ruang Publik), Didin mengatakan bahwa utang negara Indonesia saat ini telah mencapai 42% dari produk domestik bruto (PDB). 

Sentil Nama Jokowi, Pernyataan Hasto Viral Disambut Said Didu, PDIP Ikut Andil?

Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah pemerintahan Indonesia.

Didin menjelaskan bahwa utang negara di era Jokowi tidak seperti utang negara di negara-negara lain, seperti Jepang atau Amerika Serikat. 

Kampanye Akbar Terakhir RIDO Undang Jokowi, Ridwan Kamil: Tuh Penganten Ibarat Cuma Datang

Utang negara Indonesia didominasi oleh utang luar negeri dengan bunga yang tinggi.

"Utang yang luar biasa paling besar zaman Jokowi ini menjadi timelnya terlalu panjang. Mengapa karena yang berhubungan dengan impor kan sekitar Jakarta ini dan sebagainya kota-kota besar. Tapi yang merangsang bagaimana nelayan, bagaimana para petani peternak pekebun dan sebagainya dengan segala insentif prasarana dan sarananya itu tidak dibangun secara seimbang secara serius gitu," ujar Didin.

Didin menilai bahwa utang negara yang terus meningkat di era Jokowi akan menjadi beban bagi rakyat dan masa depan bangsa. 

Menurutnya, utang tersebut akan membuat pemerintah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.

"Utang ini menjadi menurut saya secara umum tidak produktif, kurang produktif. Timel-nya terlalu panjang untuk punya dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan," ujar Didin

Pertama, utang negara di era Jokowi didominasi oleh utang luar negeri. 

Kedua, utang negara di era Jokowi digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur yang sebagian besar berlokasi di kota-kota besar.

Menurut Prof. Didin, utang luar negeri memiliki bunga yang lebih tinggi daripada utang dalam negeri.

Selain itu, utang luar negeri juga memiliki risiko likuiditas yang lebih tinggi, yaitu risiko tidak bisa mengembalikan utang pada waktunya.

Proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai oleh utang negara, lanjut Prof. Didin, belum memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Hal ini karena proyek-proyek infrastruktur tersebut belum dilengkapi dengan infrastruktur pendukung, seperti infrastruktur UMKM dan pertanian.

Prof. Didin Damanhuri, menilai bahwa utang negara Indonesia di era Jokowi memiliki potensi menjadi beban bagi rakyat. 

Menurut Didin, utang tersebut tidak produktif karena tidak memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Didin menjelaskan bahwa utang negara Indonesia di era Jokowi sebagian besar digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur.

Namun, pembangunan infrastruktur tersebut tidak diimbangi dengan pembangunan infrastruktur pendukung lainnya, seperti infrastruktur UMKM dan pertanian.

Akibatnya, utang negara Indonesia menjadi tidak produktif. 

Utang tersebut hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, seperti kontraktor dan perusahaan asing. Sementara itu, rakyat Indonesia tidak merasakan manfaat yang signifikan dari utang tersebut.

Utang negara Indonesia di era Jokowi perlu dikaji ulang. Pemerintah perlu memastikan bahwa utang tersebut digunakan secara produktif dan bermanfaat bagi rakyat.