Melki Sedek Ungkap Gibran Anak Muda Perusak Demokrasi, Mahasiswa Wajib Makzulkan Jokowi!

Tangkap layar
Sumber :
  • Youtube 2045TV

Siap –Mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Melki, mengeluarkan kritikan tajam terhadap Gibran, menyebutnya sebagai anak muda yang melanggar konstitusi. 

Kereta Cepat Whoosh Mogok, Salah Jokowi?

Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube 2045TV, Melki menyatakan bahwa mahasiswa seharusnya memakzulkan Jokowi.

"Demokrasi dan HAM terancam oleh orang-orang yang menghancurkan prinsip-prinsip dasar. Saya selalu menekankan bahwa partisipasi rakyat adalah kunci demokrasi, namun, saat ini, kebebasan berekspresi semakin terbatas," ujar Melki.

Pemkot Depok Gelar Deklarasi Pilkada Damai, Walikota Ajak Warga Jaga Kondusivitas

Menanggapi kritikan tersebut, seorang tokoh yang sejalan dengan Melki, Andi Wijayanto, menegaskan bahwa Indonesia sedang mengalami kondisi mendung demokrasi. 

Namun, Melki berpendapat bahwa kondisi hari ini sudah lebih dari sekadar mendung, melainkan hujan deras.

Sentil Nama Jokowi, Pernyataan Hasto Viral Disambut Said Didu, PDIP Ikut Andil?

Melki lantas menceritakan pengalaman pemilihan pertamanya pada tahun 2019, dimana ia memilih Jokowi karena melihatnya sebagai perwakilan bagi mereka yang bukan anak konglomerat atau pejabat. 

Namun, harapannya runtuh dengan berjalannya waktu.

"Sebenarnya, senjanya demokrasi sudah dimulai di periode kedua. Banyak yang baru sadar akan poin-poin krusial dalam merawat demokrasi," ungkap Melki.

Diskusi kemudian bergeser ke keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pemilihan umur calon kepala daerah. 

Melki menilai keputusan tersebut tidak menguntungkan anak muda, malah menambah barrier to entry yang besar. Ia juga mencurahkan kekecewaannya terhadap pembatalan gugatan PSI terkait penurunan usia.

"Saya, sebagai anak muda, merasa tidak diuntungkan sama sekali. Keputusan MK justru membuat proses politik semakin rumit dan mahal," tutur Melki.

Diskusi ditutup dengan Melki menyoroti ketidaktahuan Gibran terkait reformasi. Ia menyebut pernyataan Gibran seperti "karbitan" pada zaman Orde Baru. 

 

Pembicaraan mengakhiri fokus pada pengetahuan politik anak muda, di mana Melki mengkritik ketidaktahuan sebagai sesuatu yang tidak dapat dibenarkan.