Fadli Zon Ungkap Kepemimpinan Prabowo: Bukan Plastik, Tapi Otentik

Capres nomor urut 2, Prabowo datangi Sumbar
Sumber :
  • Istimewa

Siap –Debat pertama Pilpres 2024 yang berlangsung beberapa hari yang lalu masih menjadi topik hangat di kalangan masyarakat.

Tak Hanya Datang Menghadiri Pernikahan Putri Habib Rizieq, Anies Baswedan Diminta Jadi Saksi

Antusiasme yang tinggi dari publik terhadap acara ini menunjukkan keterlibatan dan partisipasi yang baik dalam kehidupan demokrasi kita. 

Dalam sorotan ini, Fadli Zon, Wakil Ketua Dewan Pembina dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, menyampaikan dua catatan positif terkait debat tersebut.

Respon Gerindra Soal PKS Deklarasi Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, Hampir Pasti Kalah

Pertama, tingginya respons publik menandakan kehidupan demokrasi kita masih kuat, dengan masyarakat yang antusias mengikuti proses Pilpres. 

Keterlibatan publik ini mencerminkan keberhasilan dalam mempertahankan esensi demokrasi.

Mendadak Viral Gegara Nyalon Jadi Calon Walikota Tangsel, Begini Masa Lalu Marshel Widianto

Kedua, perbedaan format debat kali ini, melibatkan lebih dari dua kandidat, dianggap sebagai kemajuan positif.

Fadli Zon menekankan pentingnya menghindari polarisasi dua kubu, sehingga kehadiran tiga kandidat pada Pilpres 2024 merupakan langkah maju untuk mewujudkan demokrasi yang sehat.

Fokus pada kinerja Prabowo Subianto dalam debat, Fadli Zon menyoroti keotentikan dan keberanian Prabowo dalam menjawab pertanyaan.

Prabowo diakui sebagai kandidat yang tampil apa adanya, menolak pencitraan dan berbicara berdasarkan pengalaman riilnya sebagai seorang Indonesia.

"Perjanjian Batu Tulis” tahun 2009 ketika Megawati hanya mau maju kalau calon wapresnya adalah Prabowo Subianto. Ganjar ketika itu menjadi bagian dari “Tim Sukses”. 

Saya menjadi Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Mega-Prabowo dan Hasto Kristiyanto menjadi wakil sekretaris saya.

Fadli Zon juga menanggapi isu pelanggaran HAM yang dihadirkan dalam debat, menjelaskan bahwa Prabowo menjawab dengan lugas dan tegas.

 Ia menekankan bahwa Prabowo tidak mengadopsi citra yang bersifat normatif atau tautologis seperti dua kandidat lainnya.

Dalam menggambarkan Prabowo, Fadli Zon menyoroti bahwa Prabowo bukanlah pemimpin yang pesolek, tetapi seorang tokoh otentik yang tidak pernah menyerang secara terbuka.

Pemimpin ini diakui sebagai sosok yang memahami pentingnya "kekitaan," dengan bukti nyata rekonsiliasi nasional pasca Pilpres 2019.

Terakhir, Fadli Zon mengajak untuk menghargai kebesaran hati Prabowo, yang mampu merangkul dan mendukung Anies Baswedan meski sebelumnya disindir olehnya.

Ini adalah contoh konkret dari kepemimpinan Prabowo yang melampaui perbedaan dan menunjukkan komitmen pada kepentingan yang lebih besar.

Dengan demikian, dalam suasana simulakra zaman sekarang, Prabowo Subianto muncul sebagai pemimpin otentik yang dibutuhkan oleh masyarakat, sebuah kontrast dengan citra palsu yang seringkali diperlihatkan oleh para pemimpin politik. 

Dalam debat pertama Pilpres 2024, Prabowo membuktikan bahwa kita membutuhkan pemimpin yang memiliki karakter dan telah menyelesaikan perjalanan pencarian diri.